JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Desember 2017 mencapai 0,71% dengan andil terbesar disebabkan oleh kelompok bahan makanan, lalu disusul oleh kelompok transportasi, makanan jadi, perumahan, sandang dan kesehatan.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan dorongan inflasi Desember 2017 juga disebabkan oleh libur hari raya Natal, Tahun Baru serta diiringi dengan hari libur sekolah. Maka, inflasi Desember 2017 lebih tinggi dibanding dengan November 2017.
“Inflasi sepanjang tahun 2017 mencapai 3,61% YoY (year on year) atau lebih rendah dari target inflasi yang dipatok dalam APBNP 2017 sebesar 4,3%,” tuturnya di Kantor Pusat BPS Jakarta, Selasa (2/1).
Komoditas bahan makanan yang memberi andil inflasi yaitu pada harga beras, ikan segar dan telur ayam 0,08%, daging ayam ras 0,07%, serta cabai merah 0,05%. Andil inflasi pada bahan makanan lain seperti sayuran tomat, cabai rawit dan wortel 0,01-0,02%.
Bahan makanan memberi andil inflasi sebesar 0,46%, inflasi pada harga makanan jadi dan rokok sebesar 0,3%, inflasi harga gas elpiji sebesar 0,71%. Kemudian andil inflasi dari sektor sandang, kesehatan dan keamanan sebesar 0,01%, sementara sektor pendidikan, rekreasi dan olah raga tidak menyumbang andil.
Adapun andil inflasi dari sektor transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,14% mengingat meningkatnya permintaan wisata menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru. Sektor transportasi udara memberikan andil yang cukup besar sekitar 0,1% dibanding transportasi darat dan laut.
Pria yang akrab disapa Kecuk itu pun menjelaskan tidak ada deflasi di 82 kota Indonesia pada Desember 2017, sehingga seluruh kota mengalami inflasi dengan angka tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 2,28% dan terendah di Sorong sebesar 0,18%.
Sementara itu, Kecuk mengakui inflasi tertinggi sepanjang Januari-Desember 2017 terjadi pada Januari 2017 dan disusul oleh Desember. Namun, sepanjang tahun 2017 deflasi hanya terjadi pada Maret dan Agustus 2017. (Amu)