JAKARTA, DDTCNews – Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan perekonomian global bergerak membaik, tapi bukan pula berarti sebagai indikasi yang akan berkelanjutan. Pemerintah melihat dampaknya akan cukup positif bagi kondisi perekonomian nasional.
"IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,4% menjadi 3,5%, dan volume perdagangan dunia dari 3,7% menjadi 3,8%. Nah, hal ini menjadi lebih penting untuk Indonesia, karena kita akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari hal itu," ujarnya di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (6/7).
Darmin menyontohkan pertumbuhan ekonomi Jepang, Amerika Serikat dan Eropa pada kuartal 1 (Q1) 2017 lebih baik dibanding dengan Q1 2016. "Tidak berarti semua sudah membaik karena pencapaian Korsel tidak lebih baik," tuturnya.
Begitu juga di negara-negara berkembang, seperti Cina, Thailand, dan Malaysia juga membaik, termasuk Indonesia yang pada Q1 2017 lebih baik dibanding Q1 2016. "Tapi Filipina dan India tidak begitu, mereka malah sedikit lebih rendah," jelasnya.
Kendati demikian, Darmin mengakui masih ada yang harus dihadapi oleh Indonesia seperti kebijakan proteksionis, perekonomian Cina, rebalancing yang belum selesai, isu geopolitik di Timut Tengah, hingga harga minyak dunia yang juga bergerak volatile.
"Setahun terakhir terlihat perbaikan cukup positif dan tentu saja pertumbuhan total terjadi pada perdagangan. Kenaikan harga komoditas ini ikut mendorong perdagangan Internasional, sehingga memberi stimulus bagu perekonomian global," katanya.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi nasional pada Q1 tahun 2017 mencapai 5,01% yang lebih tinggi dibanding dengan Q1 tahun 2016 dan 2015. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bertumpu pada konsumsi RT, pengeluaran pemerintah, investasi, dan ekspor impor.Â
"Tapi di Q1 semuanya mulai positif. Dilihat dari dua Q sebelumnya, baik perdagangan ataupun konsumsi pemerintah  masih negatif, sekarang semua positif tetapi tidak cukup besar. Ini perlu dicatat, untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi motor penggerak. Karena yang tadinya itu pincang karena ekspor dan impornya terus negatif selama beberapa tahun belakangan ini," pungkasnya. (Amu)