Ilustrasi.
WASHINGTON D.C., DDTCNews – Korporasi digital Amerika Serikat (AS) yang tergabung dalam Internet Association mendukung rencana retaliasi terhadap India karena telah menjalankan aksi unilateral pajak digital.
Aksi retaliasi itu berupa pengenaan tarif atas barang impor dari India. Pasalnya, pajak digital atau equalization levy India dinilai diskriminatif terhadap perusahaan AS. Pengenaan pajak itu disebut menciptakan beban berlebih terhadap perdagangan yang dilakukan korporasi AS.
"Internet Association mengapresiasi respons tegas US Trade Representative (USTR). Meski demikian, Internet Association tidak mengambil sikap mengenai barang-barang impor dari India yang perlu dikenai tarif bea masuk tambahan," tulis Internet Association dalam suratnya kepada USTR, dikutip pada Senin (3/5/2021).
Dengan adanya ancaman retaliasi ini, Internet Association berharap Pemerintah India bisa segera mencabut pengenaan equalization levy dengan tarif 2%. Dengan demikian, pengenaan tarif bea masuk tambahan bisa dibatalkan.
Internet Association berpandangan India seharusnya tidak mengenakan equalization levy dan sebaiknya menunggu tercapainya konsensus atas Pillar 1: Unified Approach yang tengah dibahas di bawah koordinasi Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
"Internet Association berharap AS tetap terlibat penuh dalam negosiasi pada OECD dan terus berkomunikasi dengan India dan negara-negara lain agar konsensus dapat segera dicapai," tulis asosiasi tersebut dalam suratnya.
Agar pengenaan pajak digital seperti yang diterapkan India tidak diikuti yurisdiksi lain, Internet Association berpandangan AS perlu mengambil sikap yang tegas atas seluruh negara mitra.
Sebagai informasi, Internet Association adalah asosiasi yang menaungi banyak korporasi raksasa digital AS. Perusahaan-perusahaan besar mulai dari Amazon, Facebook, Google, Microsoft, Twitter, LinkedIn, AirBnb, Spotify, Uber, Dropbox, Ebay, hingga Reddit tergabung dalam asosiasi ini. (kaw)