Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (tangkapan layar Youtube)
JAKARTA, DDTCNews – Meskipun masuk ke dalam zona resesi, otoritas fiskal menilai realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 sudah menunjukkan adanya perbaikan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian Indonesia pada kuartal III/2020 sebesar minus 3,49% menunjukan tanda perbaikan dari kinerja kuartal sebelumnya minus 5,32%. Tren pembalikan tersebut harus dijaga agar pertumbuhan ekonomi positif.
"Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 yang diumumkan oleh BPS menunjukan adanya pembalikan ekonomi dari kondisi terburuk pada kuartal II/2020," katanya saat pelantikan pejabat di lingkungan Kemenkeu, Kamis (5/11/2020).
Sri Mulyani menyebut salah satu indikator perbaikan kinerja ekonomi adalah perubahan positif dari konsumsi rumah tangga, realisasi investasi, dan belanja pemerintah. Kinerja komponen-komponen pembentuk produk domestik bruto (PDB) ini lebih baik dari capaian pada kuartal II/2020.
Tren pembalikan ekonomi ke depan, sambungnya, akan dipengaruhi dengan kemampuan pemerintah melakukan akselerasi belanja. Aspek ini, lanjutnya, masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah, terutama terkait dengan pagu anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
"Kita masih punya PR yang besar untuk pemulihan ekonomi nasional yang sudah menunjukan tanda perbaikan. Ini harus terus dijaga dan diperkuat sehingga bisa kembali meningkat ke zona positif," ujarnya kepada para pegawai Kemenkeu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 minus 3,49% (yoy). Performa ini sekaligus menandai masuknya Indonesia dalam zona resesi ekonomi setelah kuartal sebelumnya -5,32%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan secara kumulatif hingga kuartal III/2020, perekonomian masih terkontraksi 2,03%. Produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku kuartal III/2020 tercatat Rp3.894,7 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp2.720,6 triliun. (kaw)