KANWIL DJP JAWA TIMUR II

Pertama Kali, Pelimpahan Berkas Pidana Pajak Tanpa Kehadiran Tersangka

Redaksi DDTCNews | Jumat, 27 Oktober 2023 | 18:08 WIB
Pertama Kali, Pelimpahan Berkas Pidana Pajak Tanpa Kehadiran Tersangka

Pelimpahan berkas dan barang bukti ini dilakukan secara  in absentia.(foto: Kanwil DJP Jawa Timur II)

SIDOARJO, DDTCNews - Kanwil Ditjen Pajak (DJP) Jawa Timur II melimpahkan 2 berkas perkara pidana pajak dengan tersangka SLM beserta barang bukti (penyerahan tahap 2) kepada Kejaksaan Negeri Sidoarjo dan Bojonegoro. Pelimpahan berkas dan barang bukti ini dilakukan tanpa kehadiran tersangka (in absentia)

Pelimpahan dilakukan pada 26 Oktober 2023 setelah berkas perkara dinyatakan lengkap atau P-21 oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Pelimpahan dilakukan Kepala Kanwil DJP Jawa Timur II Agustin Vita Avantin yang diwakili Kepala Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan Mahanto Aminanto.

“Yang bersangkutan (tersangka) mangkir dari panggilan penyidik tanpa alasan yang patut dan wajar sehingga sesuai ketentuan PP 50/2022, pelimpahan berkas ini tetap dapat dilaksanakan,” tulis Kanwil DJP Jawa Timur II dalam siaran persnya, Jumat (27/10/2023).

Baca Juga:
Ada UU DKJ, Tarif Pajak Hiburan Malam di Jakarta Bisa 25-75 Persen

Penanganan proses penyidikan dan penuntutan tindak pidana pajak secara in absentia ini baru pertama kali dilakukan setelah aturan yang baru tersebut disahkan. Kebijakan baru ini dapat menjadi terobosan bagi kasus pidana perpajakan yang terhambat penyelesaiannya.

Hambatan penyelesaian itu disebabkan tersangka mangkir, melarikan diri, atau belum ditemukan keberadaannya. Pada saaat bersamaan, ditemukan harta yang dapat digunakan sebagai pemulihan atas kerugian pada pendapatan negara.

“Sehingga diharapkan melalui putusan pengadilan harta tersebut dapat dilakukan eksekusi,” tulis Kanwil DJP Jawa Timur II.

Baca Juga:
Dapat ‘Surat Cinta’, Perwakilan WP Badan Ajukan Konsultasi dengan AR

Mahanto menyatakan kerhasilan tersebut sekaligus wujud keseriusan otoritas dalam melakukan penegakan hukum bidang perpajakan di wilayah Jawa Timur. Langkah ini diharapkan akan memberikan deterrent effect sehingga turut meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

"Keberhasilan dalam penanganan tindak pidana di bidang perpajakan secara in absentia yang pertama kali ini adalah merupakan wujud koordinasi yang baik di antara aparat penegak hukum DJP, Kejaksaan, dan Kepolisian," ujar Mahanto Aminanto.

Faktur Pajak Tidak Berdasarkan Transaksi Sebenarnya

Berdasarkan hasil penyidikan yang dilakukan oleh Kanwil DJP Jawa Timur II, tindak pidana di bidang perpajakan dilakukan oleh tersangka SLM melalui PT BBM yang berdomisili di Sidoarjo dan PT RPM yang berdomisili di Bojonegoro.

Baca Juga:
Lapor SPT Tidak Lengkap dan Tilap Uang Pajak, Direktur PT Masuk Bui

Tersangka SLM menggunakan faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya (TBTS), menyampaikan surat pemberitahuan pajak yang isinya tidak benar, dan tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut.

Tindak pidana tersebut terjadi dalam periode 2018—2019. Perbuatan tersangka melanggar Pasal 39A huruf a, Pasal 39 ayat (1) huruf d, dan/atau Pasal 39 ayat (1) huruf i Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).

Atas perbuatan melanggar hukum tersebut tersangka SLM diancam hukuman pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun serta denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Baca Juga:
Mendagri Minta Pemda Ambil Terobosan Demi Tingkatkan PAD

Tersangka SLM adalah pimpinan dari PT BBM dan PT RPM yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan bahan bakar minyak (solar).

Dalam kurun waktu Januari 2018—Desember 2019, tersangka melalui perusahaan-perusahaan ini melaporkan SPT Masa PPN yang isinya tidak benar dengan memanfaatkan faktur pajak TBTS sebagai kredit pajak serta tidak melaporkan PPN yang telah dipungut dari pelanggannya.

Tindakan itu menimbulkan kerugian pada pendapatan negara sekitar Rp2,36 miliar melalui PT BBM dan Rp377,49 juta melalui PT RPM.

Penyidik dalam tahap penyidikan juga telah melakukan penelusuran harta (asset tracing). Penyidik menemukan serta menyita aset tersangka berupa rumah tempat tinggal yang berlokasi di Wonosobo, Jawa Tengah senilai Rp500 juta. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Minggu, 28 April 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK DAERAH

Ada UU DKJ, Tarif Pajak Hiburan Malam di Jakarta Bisa 25-75 Persen

Minggu, 28 April 2024 | 11:30 WIB KPP PRATAMA PENAJAM

Dapat ‘Surat Cinta’, Perwakilan WP Badan Ajukan Konsultasi dengan AR

Minggu, 28 April 2024 | 09:30 WIB KANWIL DJP SULSELBARTRA

Lapor SPT Tidak Lengkap dan Tilap Uang Pajak, Direktur PT Masuk Bui

Sabtu, 27 April 2024 | 10:00 WIB PENDAPATAN DAERAH

Mendagri Minta Pemda Ambil Terobosan Demi Tingkatkan PAD

BERITA PILIHAN
Minggu, 28 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Ditjen Imigrasi Luncurkan Bridging Visa bagi WNA, Apa Fungsinya?

Minggu, 28 April 2024 | 14:30 WIB KEBIJAKAN PEMERINTAH

Peta Aksesi Keanggotaan OECD Terbit, Pemerintah RI Siap Lakukan Ini

Minggu, 28 April 2024 | 14:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Tak Sepakat dengan Tagihan Bea Masuk, Importir Bisa Ajukan Keberatan

Minggu, 28 April 2024 | 13:30 WIB PERPRES 56/2024

Perpres Resmi Direvisi, Indonesia Bisa Beri Bantuan Penagihan Pajak

Minggu, 28 April 2024 | 13:00 WIB PENERIMAAN NEGARA

Didorong Dividen BUMN, Setoran PNBP Tumbuh 10 Persen pada Kuartal I

Minggu, 28 April 2024 | 12:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK DAERAH

Ada UU DKJ, Tarif Pajak Hiburan Malam di Jakarta Bisa 25-75 Persen

Minggu, 28 April 2024 | 12:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Bukti Potong 1721-A1 Tak Berlaku untuk Pegawai Tidak Tetap

Minggu, 28 April 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Cakupan Penghasilan Pegawai Tetap yang Dipotong PPh Pasal 21

Minggu, 28 April 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN FISKAL

KEM-PPKF 2025 Sedang Disusun, Begini Catatan DPR untuk Pemerintah