Ilustrasi.
BANGKOK, DDTCNews - Kabinet pemerintah Thailand telah menyetujui paket stimulus baru untuk meningkatkan konsumsi dan mendukung pemulihan ekonomi pada tahun depan.
Juru bicara pemerintah Thanakorn Wangboonkongchana mengatakan stimulus tersebut salah satunya diarahkan untuk mendorong pemulihan sektor pariwisata yang menjadi sektor andalan bagi ekonomi Thailand. Bentuk stimulus yang disetujui di antaranya pengurang pajak untuk mendorong konsumsi masyarakat.
"Kabinet menyetujui paket langkah-langkah lain untuk meningkatkan konsumsi dan mendukung ekonomi yang masih berjuang memulihkan sektor pariwisata yang runtuh," katanya, dikutip Kamis (23/12/2021).
Thanakorn mengatakan kabinet menyetujui pemberian insentif untuk wajib pajak orang pribadi hingga 30.000 baht atau Rp12,8 juta saat membeli berbagai barang dan jasa. Program bernama Shop and Refund tersebut berlaku mulai 1 Januari hingga 15 Februari 2022.
Pemerintah juga memberi pembebasan 1 tahun lisensi penjualan untuk minuman keras, tembakau, dan kartu permainan. Kemudian, ada pengurangan cukai bahan bakar jet.
Stimulus lainnya yakni perpanjangan 1 tahun untuk diskon 0,01% transfer kepemilikan dan biaya pendaftaran untuk rumah dengan harga tidak lebih dari 3 juta baht. Selain itu, ada perpanjangan 5 tahun untuk pemotongan biaya dan insentif pajak atas upaya yang mendukung restrukturisasi utang oleh lembaga keuangan.
Terakhir, ada pemotongan bunga pinjaman dan pengembalian dana di bank-bank pemerintah untuk debitur dengan catatan kredit yang baik.
Di samping keenam insentif tersebut, kabinet juga menugaskan Kementerian Energi untuk menetapkan harga eceran solar tidak lebih dari 30 baht per liter hingga setidaknya Maret 2022 dan terus mempertahankan harga bahan bakar pada level saat ini hingga 4 Januari 2022.
Sementara itu, Menteri Keuangan Arkhom Termpittayapaisith menilai pemberian stimulus tersebut akan mendorong konsumsi masyarakat dan menggerakkan perekonomian Thailand. Dia memperkirakan ekonomi akan tumbuh 4% dengan ditopang konsumsi dan ekspor pada 2022, naik dari proyeksi tahun ini yang hanya tumbuh 1%.
"Pengeluaran publik akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan tahun depan," ujarnya dilansir bangkokpost.com. (sap)