Ilustrasi. (www.g20.org)
VENESIA, DDTCNews – Menteri keuangan negara anggota G20 akan melakukan pertemuan di Venesia, Italia pada akhir pekan ini. Salah satu bahasan dalam pertemuan tersebut adalah reformasi pajak global untuk memastikan perusahaan multinasional membayar pajak secara lebih adil.
Kerangka kerja reformasi pajak itu termasuk tarif pajak minimum global sebesar 15%. Hal ini telah disepakati 131 negara pada awal Juli 2021. Pajak minimum tersebut ditujukan agar tiap negara tidak lagi bersaing untuk menawarkan tarif pajak terendah guna menarik investasi.
"Pajak minimum pada perusahaan ini harus ambisius. Pertemuan G20 ini mewakili peluang yang unik," kata Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire Jumat, (9/7/2021).
Pembicaraan di Venesia tersebut merupakan kesempatan untuk membahas perincian lebih lanjut tentang pajak minimum global. Pertemuan ini sekaligus menjadi kesempatan untuk menekan negara yang belum menandatangani kesepakatan yang dicapai di bawah koordinasi OECD.
Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman termasuk di antara beberapa negara yang mendesak untuk mengenakan tarif yang lebih tinggi. Lembaga bantuan termasuk Oxfam juga berpendapat tarif 15% tersebut terlalu rendah.
"Kami benar-benar dalam perjalanan menuju kesepakatan yang akan segera diselesaikan,” ujar Menteri Keuangan Jerman Olaf Schol.
Kebijakan pajak minimum global diperkirakan akan memengaruhi kurang dari 10.000 perusahaan besar dengan omzet tahunan lebih dari EUR750 juta. Kebijakan ini merupakan salah satu dari pilar reformasi pajak global yang telah dinegosiasikan selama bertahun-tahun.
Pembahasan mengenai pajak minimum global menguat setelah didorong Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Adapun Menteri Keuangan AS Janet Yellen, Kepala Bank Sentral Eropa Christine Lagarde, dan Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov akan hadir secara langsung.
Sementara itu, Menteri Keuangan China dan India akan hadir secara virtual. Selain pajak minimum global, pertemuan tersebut juga akan membahas masalah perubahan iklim. Pertemuan itu juga diharapkan dapat menggalang lebih banyak dukungan untuk negara yang terkena dampak Covid-19.
Seperti dilansir france24.com, Kepala International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva sempat mendesak agar negara terkaya meningkatkan upayanya dalam membantu negara miskin. Bantuan tersebut ditujukan agar negara itu dapat bertahan dari pukulan ekonomi akibat Covid-19. (kaw)