Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Kebijakan moneter terkait suku bunga acuan praktis tidak berubah sejak awal tahun. Otoritas fiskal meyakini akan ada perubahan kebijakan moneter pada bulan ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi ekonomi global yang cenderung melemah membuat banyak negara melonggarkan kebijakan moneternya. Hal yang idealnya juga dilakukan oleh Indonesia.
“Kita fokus untuk mengelola ekonomi dengan menjaga stabilitas. Kondisi berubah termasuk di negara maju dengan kebijakan moneternya karena adanya tanda-tanda pelemahan ekonomi,” katanya di Kantor BPK, Rabu (12/6/2019).
Melihat kondisi perekonomian dan kebijakan bank sentral dibanyak negara, dia meyakini otoritas moneter akan menghitung fenomena tersebut dalam perumusan kebijakan. Namun, dia menyerahkan kewenangan sepenuhnya kepada BI sebagai pengampu kebijakan moneter.
Menurutnya, kerja sama antara pemerintah dan bank sentral akan tetap dilakukan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional. Masing-masing pihak akan memainkan peran dalam kerangka bauran kebijakan fiskal dan moneter.
Meskipun tidak menyebutkan perihal perubahan kebijakan apa yang ditempuh BI nantinya. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut meyakini akan adanya penyesuaian kebijakan moneter yang akan diambil BI.
“Saya rasa BI juga akan melakukan adjustment atau melakukan penyesuaian situasi moneternya. Bagaimana BI melakukan, saya tentu menghormati apa yang dilakukan BI. Ini karena mereka selalu menggunakan baik policy mengenai suku bunga maupun makro prudensialnya,” imbuh Sri Mulyani.
Seperti diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 15-16 Mei 2109, bank sentral menahan level BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%. Begitu juga dengan suku bunga Deposit Facility yang tidak berubah sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (kaw)