PENGATURAN ulang pengecualian dividen dalam negeri dari objek pajak penghasilan (PPh) dalam UU Cipta Kerja dinilai mendatangkan sejumlah keuntungan di antaranya menghindari perusahaan menumpuk laba ditahan lantaran menghindari pengenaan pajak dividen.Â
Laba ditahan merupakan istilah yang kerap dijumpai dalam dunia bisnis, tetapi kurang familier bagi sejumlah pihak. Lantas, apa itu laba ditahan (retained earnings)?
Definisi
RETAINED earnings adalah akumulasi laba bersih atau laba perusahaan setelah memperhitungkan pembayaran dividen. Kata retained atau ditahan berarti pendapatan tersebut tidak dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen, tetapi ditahan oleh perusahaan (Fernando, 2022).
Sementara itu, Cambridge Dictionary mengartikan laba ditahan sebagai bagian dari keuntungan perusahaan dalam periode tertentu yang diputuskan untuk disimpan ketimbang dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen.
Senada, IBFD International Tax Glossary (2015) mendefinisikan laba ditahan sebagai bagian dari laba setelah pajak yang tidak dibagikan kepada pemegang saham melainkan diinvestasikan kembali ke dalam bisnis.
Pengertian laba ditahan juga terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Merujuk KBBI, laba ditahan adalah keuntungan korporasi yang tidak dibagikan kepada anggota untuk memperbesar modal atau menutup kerugian.
Definisi laba ditahan juga dijelaskan oleh Weygandt et al dalam bukunya Financial Accounting IFRS Edition. Berdasarkan buku tersebut, laba ditahan diartikan sebagai laba bersih yang ditahan perusahaan untuk digunakan di masa depan (Weygandt et al, 2013)
Merujuk laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba ditahan juga dapat diartikan sebagai saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham (RUPS) atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
Sehubungan dengan aspek pajak, pengertian laba ditahan tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan No.18/PMK.03/2021 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 11/2020 tentang Cipta Kerja di Bidang PPh, PPN dan PPnBM , serta KUP.
Berdasarkan Pasal 1 angka 20 PMK 18/2021, laba ditahan adalah akumulasi laba setelah pajak yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen yang digunakan untuk membiayai berbagai kepentingan perusahaan.
Pada beberapa negara, laba ditahan dapat dikenakan tarif PPh badan yang lebih tinggi atau rendah ketimbang laba yang dibagikan. Di negara lain, laba ditahan digunakan untuk reinvestasi, sekaligus memenuhi syarat untuk memperoleh pengurangan tarif pajak (IBFD, 2015).
Secara sederhana, laba ditahan (retained earnings) merupakan bagian dari laba bersih perusahaan (laba setelah pajak) yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Dengan demikian, laba ditahan dapat dikatakan sebagai sisa laba bersih yang telah dikurangi dividen. (rig)