Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara CEO Networking 2021, Selasa (16/11/2021).
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mencatat defisit APBN hingga Oktober 2021 telah mencapai Rp548,9 triliun atau setara 3,29% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit tersebut setara dengan 54,5% dari yang direncanakan senilai Rp1.006,4 triliun. Menurutnya, defisit itu lebih kecil dari posisi tahun lalu karena penerimaan negara mulai membaik.
"Defisit kita sekarang mengalami penurunan dari tahun lalu. Kalau tahun lalu, di Oktober adalah 4,67%, sekarang 3,29% dari GDP," katanya dalam acara CEO Networking 2021, Selasa (16/11/2021).
Sri Mulyani menuturkan defisit tersebut diperoleh dari data pendapatan negara senilai Rp1.510,0 triliun dan belanja negara Rp2.058,9 triliun. Pendapatan negara hingga Oktober 2021 tumbuh 18,2% atau 87% dari target Rp1.743,6 triliun.
Sementara itu, realisasi penerimaan pajak tercatat Rp953,6 triliun dan realisasi penerimaan bea dan cukai mencapai Rp205,8 triliun. Adapun realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sudah mencapai Rp349,2 triliun atau tumbuh 25,2%.
Dari sisi belanja negara, lanjut Sri Mulyani, realisasinya naik 0,8% atau 74,9% dari target Rp2.750,0 triliun. Belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.416,2 triliun atau tumbuh 5,4%. Kemudian, transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) 642,6 triliun atau minus 7,9%.
"Pada belanja, kami mencoba terus mengendalikan tanpa mengorbankan kebutuhan, terutama dari sisi [penanganan] Covid," ujarnya.
Sri Mulyani berharap defisit APBN pada tahun ini akan tetap terkendali dan lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai lebih dari 6% PDB. Dia juga ingin defisit APBN tersebut dapat menciptakan countercyclical terhadap perekonomian nasional. (rig)