BANK INDONESIA:

Dua Faktor Ini Penyebab Rupiah Loyo

Redaksi DDTCNews | Jumat, 18 Mei 2018 | 15:25 WIB
Dua Faktor Ini Penyebab Rupiah Loyo

JAKARTA, DDTCNews – Depresiasi rupiah terus berlanjut meski Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan. Hingga hari ini nilai tukar rupiah sudah tembus Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Gubernur BI Agus Martowardojo menyatakan faktor eksternal dan internal punya kontribusi terhadap pelemahan rupiah. Namun, faktor eksternal masih mendominasi berupa kebijakan moneter dan fiskal AS.

"Tekanan nilai tukar rupiah hari ini ada faktor eksternal tapi juga ada faktor internal," katanya usai melaksanakan Solat Jumat di kantor BI, Jakarta, Jumat (18/5).

Baca Juga:
Parkir DHE SDA di Dalam Negeri, Kepatuhan Eksportir sudah 93-95 Persen

Adapun faktor eskternal menurut Agus adalah stimulus fiskal AS berupa reformasi pajak yang mulai membuahkan hasil dengan ekonomi yang tumbuh positif. Imbas dari insentif ini kemudian membuat defisit anggaran negeri Paman Sam semakin lebar.

Karena itu, bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan agar obligasi AS banyak diserap pasar untuk menutup defisit anggaran. Kebijakan the fed inilah yang menurut Agus memberikan tekanan kepada nilai tukar semua negara bukan hanya Indonesia.

"Kita waspadai perkembangan di AS dengan insentif fiskal membuat ekonominya makin membaik," terangnya.

Baca Juga:
Antisipasi Risiko Global, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Tidak kalah penting adalah penyebab depresiasi rupiah adalah faktor domestik adalah angka neraca perdagangan yang defisit pada April 2018.

"Dari faktor internal adalah neraca perdagangan yang defisit US$1,63 miliar, padahal bulan sebelumnya surplus US$1,1 miliar," ungkapnya.

Seperti yang diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,63 miliar pada April 2018. Melonjaknya impor menjadi faktor utama penyebab defisit.

Hal ini dapat terlihat dari sektor migas yang mengalami defisit sebesar US$ 1,13 miliar dan non-migas minus US$ 0,50 miliar. Adapun secara persentase angka impor yang naik signifikan pada April sebesar 11,28% menjadi US$16,09 miliar dibandingkan dengan Maret 2018 yang hanya US$14,46 miliar. (Amu)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 25 April 2024 | 11:30 WIB KEBIJAKAN MONETER

Parkir DHE SDA di Dalam Negeri, Kepatuhan Eksportir sudah 93-95 Persen

Rabu, 24 April 2024 | 15:14 WIB KEBIJAKAN MONETER

Antisipasi Risiko Global, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Senin, 22 April 2024 | 14:05 WIB PEREKONOMIAN INDONESIA

Sri Mulyani Beberkan Tantangan Indonesia Naikkan Peringkat Kredit

Minggu, 21 April 2024 | 16:30 WIB SE-2/PJ/2024

WP Harus Setor PPh atas Diskonto Surat Berharga BI secara Mandiri

BERITA PILIHAN
Rabu, 01 Mei 2024 | 15:45 WIB DDTC - SMA 8 YOGYAKARTA

Peringati Hardiknas, SMAN 8 Yogyakarta Gelar Webinar Gratis!

Rabu, 01 Mei 2024 | 13:00 WIB KELAS PPH PASAL 21 (4)

Memahami Pengurang Penghasilan dalam PPh Pasal 21

Rabu, 01 Mei 2024 | 12:00 WIB KOTA BANJARBARU

Pemkot Patok Tarif 40% Pajak Jasa Hiburan Karaoke dan Spa

Rabu, 01 Mei 2024 | 11:30 WIB PAJAK PENGHASILAN

Begini Cara Hitung Angsuran PPh Pasal 25 BUMN dan BUMD

Rabu, 01 Mei 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Kriteria-Perbedaan Barang Kiriman Hasil Perdagangan dan Nonperdagangan

Rabu, 01 Mei 2024 | 09:33 WIB KURS PAJAK 01 MEI 2024 - 07 MEI 2024

Berjalan Sebulan Lebih, Kurs Pajak Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS