Ilustrasi. Pedagang menunggu pembeli di Pasar Tavanjuka, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (1/4/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, selama periode Maret 2022 terjadi inflasi nasional sebesar 0,66 persen month-to-month (mtm) yang salah satu pemicunya adalah kenaikan harga minyak goreng dengan indeks kenaikan mencapai 11 persen (mtm). ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.
JAKARTA, DDTCNews - Asian Development Bank (ADB) memperkirakan inflasi di Indonesia pada tahun ini bisa menjulang ke level 3,6%, atau jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi tahun lalu sebesar 1,87%.
ADB menilai invasi Rusia ke Ukraina memberikan dampak minimal terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, agresi tersebut telah meningkatkan harga berbagai komoditas, khususnya minyak bumi dan gandum.
"Kenaikan harga khususnya minyak dan gandum serta pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan inflasi menjadi 3,6% pada tahun ini, masih di dalam target bank sentral," tulis ADB dalam Asian Development Outlook (ADO) 2022, Kamis (7/4/2022).
Inflasi kuartal I/2022 tercatat sebesar 2,1%. Pada kuartal-kuartal berikutnya, tekanan inflasi masih akan berlanjut jika perang terus berlanjut. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mencapai tumbuh 5% pada tahun ini didorong konsumsi rumah tangga dan inflasi.
Pada tahun ini, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan kembali normal seiring dengan aktivitas perekonomian yang pulih, membaiknya penyerapan tenaga kerja dan penghasilan para pekerja, dan kenaikan harga komoditas.
Selain itu, ADB juga memperkirakan insentif pajak atas pembelian mobil baru dan rumah juga dapat menyokong konsumsi meski insentif yang diberikan pada 2022 ini tidak sebesar yang diberikan pada tahun lalu.
Sementara itu, investasi diperkirakan akan mengalami pertumbuhan hingga 6% pada tahun ini. ADB memperkirakan pelaku usaha akan meningkatkan kapasitas produksi seiring memulihnya permintaan dan membaiknya iklim usaha. (rig)