Pekerja menyusun tabung gas elpiji tiga kilogram yang akan disalurkan ke pangkalan. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mencatat realisasi belanja subsidi energi hingga Oktober 2021 telah mencapai Rp97,6 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi tersebut meningkat 20,0% dari periode yang sama pada 2020 senilai Rp81,3 triliun. Menurutnya, peningkatan belanja subsidi energi terjadi karena terjadinya lonjakan harga komoditas dunia, termasuk minyak mentah.
"Ini karena kenaikan harga minyak dunia," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (25/11/2021).
Sri Mulyani mengatakan realisasi belanja subsidi energi tersebut setara 88,3% dari pagu. Menurutnya, realisasi subsidi energi lebih tinggi, termasuk realisasi diskon listrik untuk rumah tangga dan UMKM senilai Rp7,5 triliun.
Dia memerinci subsidi energi terdiri atas subsidi BBM sebanyak 11,67 juta kiloliter, LPG tabung 3 kilogram 5.547,8 juta kilogram, pelanggan subsidi listrik 37,97 juta pelanggan, dan volume konsumsi listrik subsidi 46,84 terawatt hour (TWh).
Pemerintah menilai kenaikan harga energi lebih bersifat transitory atau sementara. Harga minyak mentah dunia saat ini tercatat sekitar US$78,45 per barel, jauh di atas angka pada awal 2020 yang berada di bawah US$30 per barel.
Harga minyak mulai menunjukkan tren penurunan antara lain didorong rencana AS menambah pasokan.
Kemudian, Sri Mulyani juga memaparkan realisasi subsidi nonenergi yang senilai Rp46,9 triliun atau 72,3% dari pagu. Realisasi tersebut mengalami kenaikan 6,8% dari periode yang sama 2020 senilai Rp43,9 triliun.
Realisasi subsidi nonenergi terdiri atas subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR) kepada 6,3 juta debitur, penyaluran KUR Rp237,2 triliun, dan subsidi bantuan uang muka (SBUM) untuk 104.200 unit rumah.
"Ini tentunya diharapkan akan membantu masyarakat berpenghasilan rendah dan di sisi lain juga mendorong pemulihan ekonomi," ujarnya. (sap)