HUBUNGAN BILATERAL

Jadi Dubes AS, Muhammad Lutfi Prioritaskan Lobi Fasilitas GSP

Dian Kurniati
Senin, 14 September 2020 | 17.03 WIB
Jadi Dubes AS, Muhammad Lutfi Prioritaskan Lobi Fasilitas GSP

Suasana pelantikan oleh Presiden Joko Widodo. (tangkapan layar Youtube)

JAKARTA, DDTCNews – Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS). Lutfi menggantikan Mahendra Siregar yang kini menjadi Wakil Menteri Luar Negeri.

Lutfi memiliki dua prioritas yang semuanya mengangkut hubungan perdagangan Indonesia-AS. Pertama, memastikan AS memperpanjang persetujuan fasilitas pembebasan tarif bea masuk (generalized system of preference/GSP) kepada Indonesia walaupun Kantor Perwakilan Perdagangan (US Trade Representative/USTR) mencabut status negara berkembang.

"Saya akan mendorong dan memastikan bahwa persetujuan GSP diperpanjang," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (14/9/2020).

Lutfi mengatakan Indonesia saat ini berada pada urutan ketiga negara yang banyak memanfaatkan fasilitas GSP AS. Fasilitas GSP diberikan kepada 124 jenis produk Indonesia. Tercatat, sekitar 14,9% ekspor Indonesia ke AS memanfaatkan fasilitas tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah AS melalui USTR tengah mengevaluasi pemberian fasilitas GSP kepada Indonesia. Pencabutan fasilitas GSP akan menyebabkan produk Indonesia sulit bersaing di AS karena dibebani bea masuk tinggi, terutama furnitur dan tekstil.

Tren neraca perdagangan Indonesia-AS selama ini selalu surplus setiap tahunnya. Pada 2019, nilai perdagangan Indonesia-AS mencapai US$26,9 juta, yang terdiri dari ekspor US$17,7 juta dan impor US$9,2 juta. Dari nilai tersebut, surplus perdagangan Indonesia mencapai US$8,4 juta.

Kedua, memulai pembicaraan terkait dengan negosiasi perjanjian dagang bebas terbatas atau limited trade deal dengan AS. Dia meyakini perjanjian dagang tersebut akan membawa keuntungan besar untuk indonesia.

"Barang-barang di AS yang pajaknya kurang dari 5% bisa menjadi 0% tanpa melalui kongres. Kami memulai negosiasi itu segera. Itu prioritas," ujarnya.

Lutfi menilai diplomasi ekonomi Indonesia dengan AS perlu diperkuat seiring era baru perdagangan internasional. Menurutnya, jika ingin menjual barang ke pasar AS, Indonesia juga mesti membeli produk AS.

Secara bersamaan, Lutfi berencana meyakinkan para investor AS mengenai perbaikan iklim investasi di Indonesia. Menurutnya, Indonesia telah menjadi negara tujuan investasi favorit dari investor AS, dan berpotensi lebih banyak lagi investor berdatangan ke dalam negeri.

Lutfi menyebut minat investor AS menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi itu misalnya telah tercermin dari langkah Kimberly-Clark Corporation, pionir produk konsumen global yang bermarkas di Texas, AS.

Kimberly mengumumkan akan mengakuisisi Softex Indonesia dengan nilai transaksi tunai US$1,2 miliar dari sekelompok pemegang saham termasuk CVC Capital Partners Asia Pacific IV.

Hari ini, Lutfi bersama 19 orang lainnya dilantik sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh (Dubes LBBP) Indonesia. Mereka di antaranya Hermono sebagai Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Suryopratomo sebagai Duta Besar Indonesia untuk Singapura, serta Andri Hadi sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belgia merangkap Keharyapatihan Luksemburg, European Union (EU), World Customs Organization (WCO), dan Organisasi-organisasi Internasional Lainnya di Brussels.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.