JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyayangkan sebagian besar produksi komoditas batu bara masih diekspor dalam bentuk mentah sehingga tidak menciptakan nilai tambah lebih tinggi.
Terlebih, Purbaya melihat tren harga batu bara kian menurun. Melihat kondisi itu, lanjutnya, kabinet sedang menyusun kebijakan pungutan bea keluar atas ekspor batu bara guna mengoptimalkan potensi penerimaan.
"Instrumen bea keluar disiapkan guna meningkatkan penerimaan sekaligus mendorong hilirisasi dan dekarbonisasi, yang saat ini mekanismenya sedang kami finalisasi bersama kementerian terkait," katanya dalam raker dengan Komisi XI DPR, Senin (8/12/2025).
Purbaya juga menambahkan harga batu bara acuan (HBA) pada outlook 2025 sekitar US$111,1 per ton. Sementara itu, pada 2026, HBA diproyeksikan bergerak pada kisaran US$95 sampai dengan US$100 per ton.
"Perkembangan harga batu bara acuan atau HBA menunjukkan tren penurunan yang cukup tajam sejak pertengahan tahun 2023," tuturnya.
Lebih lanjut, Purbaya memaparkan batu bara tidak hanya berperan sebagai sumber energi, tetapi juga berpotensi besar menjadi komoditas yang mendukung hilirisasi industri nasional.
Dia mencontohkan beberapa negara seperti China dan India telah memanfaatkan batu bara untuk menghasilkan produk turunan yang bernilai tambah tinggi. Melihat potensi tersebut, dia menilai batu bara bisa menjadi salah satu komoditas strategis yang bisa memperkuat industri nasional.
Pendekatan tersebut, sambungnya, selaras dengan upaya mengurangi emisi karbon (dekarbonisasi). Menurutnya, batu bara masih bisa digunakan sepanjang diarahkan untuk memanfaatkan teknologi dan proses produksi yang lebih efisien sehingga menghasilkan emisi yang lebih rendah. (rig)
