APBN 2025

APBN Defisit Rp371,5 Triliun hingga September 2025

Aurora K. M. Simanjuntak
Selasa, 14 Oktober 2025 | 14.32 WIB
APBN Defisit Rp371,5 Triliun hingga September 2025
<p>Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah) dalam konferensi pers APBN Kita edisi Oktober 2025, Selasa (14/10/2025).</p>

JAKARTA, DDTCNews - Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) hingga 30 September 2025 mengalami defisit senilai Rp371,5 triliun atau sebesar 1,56% dari produk domestik bruto (PDB).

Defisit APBN terjadi lantaran realisasi belanja negara lebih besar dari pendapatan negara. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut pendapatan negara baru terkumpul Rp1.863,3 triliun, sedangkan belanja negara mencapai Rp2.234,8 triliun.

"Hingga September 2025, defisit anggaran tercatat sebesar Rp371,5 triliun atau setara 1,65% terhadap PDB, lebih rendah dari outlook tahun penuh 2,78% PDB," ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (14/10/2025).

Secara terperinci, realisasi pendapatan negara hingga September 2025 mencapai 65% dari outlook dalam Laporan Semester yang diproyeksikan senilai Rp2.865,5 triliun.

Pendapatan negara ini terdiri atas realisasi penerimaan pajak senilai Rp1.295,3 triliun, kepabeanan dan cukai senilai Rp221,3 triliun, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp344,9 triliun.

"Meski pendapatan negara lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu secara nominal, tekanan ini terutama bersumber dari penurunan harga komoditas global yang memengaruhi pengaruhi penerimaan perpajakan khususnya sektor migas dan tambang," kata Purbaya.

Menkeu menjelaskan penerimaan pajak terkontraksi 4,4% karena ada penurunan harga komoditas seperti batu bara dan minyak kelapa sawit. Hal ini menyebabkan penerimaan PPh badan dan PPN dalam negeri menjadi lebih rendah.

Namun, dia mengatakan pajak dari sektor industri pengolahan dan jasa berkontribusi positif terhadap penerimaan negara.

Di sisi lain, realisasi belanja negara hingga September 2025 baru mencapai 63,4% dari outlook pada Laporan Semester yang diproyeksikan mencapai Rp3.527,5 triliun. Belanja negara utamanya berupa belanja pemerintah pusat, yaitu belanja K/L senilai Rp800,9 triliun dan non-K/L senilai Rp789 triliun.

Selain itu, ada belanja transfer ke daerah (TKD) yang realisasinya senilai Rp644,9 triliun.

"Efektivitas belanja didorong pelaksanaan program prioritas, bansos, dan belanja modal infrastruktur," imbuh Purbaya.

Berikutnya, postur pembiayaan anggaran tercatat senilai Rp458 triliun. Sementara itu, keseimbangan primer APBN hingga 30 September 2025 hanya senilai Rp18 triliun. Purbaya menuturkan keseimbangan primer yang positif mengindikasikan bahwa konsolidasi fiskal terus berjalan.

"Tren ini menunjukkan APBN tetap adaptif dan kredibel menjaga keseimbangan antara dukungan terhadap pemulihan ekonomi dan kesinambungan fiskal dalam jangka menengah," tutup Purbaya. (dik)

Editor : Dian Kurniati
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Ingin selalu terdepan dengan kabar perpajakan terkini?Ikuti DDTCNews WhatsApp Channel & dapatkan berita pilihan di genggaman Anda.
Ikuti sekarang
News Whatsapp Channel
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.