Petugas melayani wajib pajak yang melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (7/3/2025). ANTARA FOTO/Arnas Padda/tom.
JAKARTA, DDTCNews - Anggota Komisi XI DPR Fathi berharap kinerja pendapatan negara segera menguat usai mengalami kontraksi yang dalam pada 2 bulan pertama tahun ini.
Fathi mengatakan secara tren kinerja pendapatan negara memang tidak terlalu besar pada bulan-bulan awal tahun anggaran. Meski demikian, dia meyakini kinerja pendapatan negara bakal menguat ketika memasuki kuartal II/2025.
"Terkait dengan penerimaan, defisit, itu merupakan sebuah hal yang wajar. Ini adalah Q-1, memang secara tren biasanya di awal-awal suka ada penurunan," katanya, dikutip pada Sabtu (22/2/2025).
Fathi mengatakan pemerintah dan DPR telah merancang target-target dalam APBN 2025 secara hati-hati. Menurutnya, penyusunan APBN tersebut telah dilakukan secara hati-hati agar sesuai dengan kondisi pada tahun ini.
Dia menilai kinerja perekonomian 2025 masih akan dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk dari sisi eksternal. Kondisi tersebut pada akhirnya turut berdampak pada kinerja pendapatan negara, terutama perpajakan.
Meski mengalami defisit, Fathi meminta publik juga tidak perlu terlalu khawatir terhadap kesehatan APBN.
"Saya sangat optimistis bahwa ke depannya kita mampu mengejar sehingga target-target yang sudah tertuang di dalam APBN bisa tercapai," ujarnya.
Pendapatan negara hingga Februari 2025 tercatat senilai Rp316,9 triliun atau mengalami kontraksi sebesar 20,85%. Kinerja pendapatan negara tersebut baru 10,5% dari target Rp3.005,13 triliun.
Pendapatan negara ini utamanya ditopang oleh penerimaan perpajakan senilai Rp240,4 triliun, yang terdiri atas penerimaan pajak Rp187,8 triliun serta kepabeanan dan cukai Rp52,6 triliun. Sementara itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terealisasi Rp76,4 triliun.
Khusus pajak, penerimaannya mengalami kontraksi sebesar 30,19%.
Kemudian mengenai belanja negara, realisasinya senilai Rp348,1 triliun atau turun 7%. Realisasi ini setara dengan 9,6% dari pagu belanja senilai Rp3.621,31 triliun.
Belanja negara ini terdiri atas belanja pemerintah pusat senilai Rp211,5 triliun dan transfer ke daerah Rp136,6 triliun.
Dengan kinerja pendapatan dan belanja negara tersebut, APBN hingga Februari 2025 mengalami defisit Rp31,2 triliun atau 0,13% terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit APBN hingga Februari 2025 ini berbanding terbalik dengan kondisi pada periode yang sama tahun lalu.
Pada Januari-Februari 2024, APBN masih mengalami surplus Rp26,04 triliun atau 0,11% PDB. (sap)