PEREKONOMIAN INDONESIA

Surplus Perdagangan Berlanjut, Sinyal Positif Ekonomi Kuartal III/2024

Dian Kurniati
Rabu, 16 Oktober 2024 | 10.00 WIB
Surplus Perdagangan Berlanjut, Sinyal Positif Ekonomi Kuartal III/2024

Suasana pembangunan hunian vertikal di BSD City, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (14/10/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/agr

JAKARTA, DDTCNews - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menilai surplus neraca perdagangan dalam 53 bulan terakhir akan memberikan sinyal positif untuk ketahanan perekonomian nasional.

Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan surplus neraca perdagangan menjadi salah satu indikator positif di tengah ketidakpastian ekonomi global. Menurutnya, surplus ini juga menjadi sinyal yang positif bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2024.

"Kementerian Keuangan memproyeksikan pada triwulan tersebut ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5,0% di tengah tantangan ekonomi global," katanya, dikutip pada Rabu (16/10/2024).

Febrio mengatakan neraca perdagangan Indonesia terus menunjukkan performa positif dengan surplus senilai US$3,26 miliar pada September 2024. Hingga September 2024, akumulasi surplus tercatat mencapai US$21,98 miliar.

Menurutnya, tren surplus ini mencerminkan ekonomi Indonesia telah berorientasi pada penciptaan nilai tambah sehingga menjadi modal.

Di tengah tekanan PMI manufaktur global yang masih terkontraksi 48,8 pada September 2024, aktivitas ekspor Indonesia pada September 2024 masih tercatat senilai US$22,08 miliar, yang ditopang oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 8,13%. Kontributor utama yang mendorong peningkatan ekspor nonmigas di antaranya besi dan baja, bahan bakar mineral, nikel dan barang daripadanya, serta logam mulia dan perhiasan/permata.

Secara sektoral, pertumbuhan terbesar ada pada sektor pertanian sebesar 38,76%, diikuti sektor pertambangan dan lainnya sebesar 9,03% dan sektor industri pengolahan sebesar 7,11%.

Sementara itu, impor pada September 2024 tercatat senilai US$18,82 miliar atau naik 8,55%. Kenaikan impor ini didorong oleh kenaikan impor nonmigas sebesar 16,29%.

Kenaikan tertinggi terjadi pada impor barang modal sebesar 18,44%, disusul oleh impor barang konsumsi sebesar 11,30%, dan bahan baku penolong sebesar 5,87%.

Meski masih positif, Febrio  menyatakan pemerintah akan terus mengamati dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional.

"Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional dan menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama," ujarnya. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.