Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
ANYER, DDTCNews - Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono mengatakan masalah turunnya jumlah penduduk kelas menengah akan menjadi perhatian pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto.
Thomas berpandangan diperlukan mesin pertumbuhan ekonomi baru untuk memulihkan masyarakat kelas menengah Indonesia.
"Saya rasa ini memang menjadi PR pemerintahan Pak Prabowo yang utama, bagaimana supaya kita mencari solusi-solusi jangka panjang untuk kembali ke level prapandemi," ujar Thomas, dikutip Jumat (27/9/2024).
Menurut Thomas, turunnya jumlah penduduk kelas menengah Indonesia lebih disebabkan oleh scarring effect pascapandemi Covid-19, bukan akibat dari kebijakan yang salah atau yang kurang.
Oleh karena itu, diskursus turunnya jumlah dan proporsi penduduk kelas menengah tidak boleh dipisahkan dari konteks pandemi Covid-19.
"Kita harus melihat dari konteks pandemi tadi. Kalau kelas rentan memang dibantu oleh program bansos. Saya pribadi sangat-sangat concern mengenai ini. Ini suatu hal yang menjadi perhatian seluruh Kemenkeu," ujar Thomas.
Seperti diketahui, data turunnya jumlah kelas menengah Indonesia pertama kali diungkapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rapat bersama Komisi XI DPR.
Menurut penghitungan BPS, jumlah kelas menengah Indonesia terus mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir. Jumlah kelas menengah tercatat turun dari 57,33 juta pada 2019 menjadi 47,85 juta pada 2024.
Adapun yang dimaksud dengan kelas menengah adalah penduduk dengan pengeluaran setara dengan 3,5 hingga 17 kali dari garis kemiskinan.
Lebih lanjut, banyak penduduk kelas menengah yang rentan turun menjadi aspiring middle class mengingat mayoritas penduduk kelas menengah memiliki pengeluaran sedikit di atas 3,5 kali garis kemiskinan.
"Ada kerentanan, kalau nanti terganggu mereka masuk kembali ke kelompok aspiring middle class," ujar Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti. (sap)