Sejumlah anak bermain di lahan sawah yang mengalami kekeringan di Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (29/10/2023). Menurut pihak kecamatan, dari 10 desa yang ada di Kecamatan Mauk, 4 desa terdampak kekeringan akibat kemaru panjang dampak dari fenomena perubahan iklim. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/hp.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Oktober 2023 secara tahunan sebesar 2,56%, meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 2,28%.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan peningkatan inflasi salah satunya disebabkan oleh inflasi harga pangan bergejolak (volatile food). Menurutnya, hal ini utamanya dipicu musim kemarau yang panjang akibat dampak el nino.
"Akibat dampak el nino, produksi pangan secara umum menurun sehingga beberapa komoditas mengalami peningkatan harga seperti beras dan aneka cabai," katanya, dikutip pada Kamis (2/11/2023).
Febrio mengatakan inflasi harga diatur pemerintah (administered price) juga tercatat naik tipis menjadi 2,12% dari angka 1,99% seiring dengan harga minyak mentah yang masih tinggi. Sementara itu, perlambatan inflasi inti masih berlanjut mencapai 1,91% dari 2,00% pada September 2023.
Sebagai respons cepat dalam mengendalikan harga pangan, dia menjelaskan pemerintah telah berupaya memitigasi dampak el nino. Beberapa langkah yang dilakukan misalnya stabilisasi pasokan terutama komoditas strategis seperti beras guna menjaga kecukupan pasokan dalam negeri.
Selain itu, pemerintah juga melaksanakan kebijakan operasi pasar, gelar pangan murah, dan intervensi harga terus konsisten dilakukan agar ekspektasi inflasi dapat terjaga.
Febrio menyebut APBN pun terus dioptimalkan sebagai shock absorber, terutama di tengah tekanan yang disebabkan fenomena el nino.
"Pemerintah memberikan tambahan perlindungan sosial antara lain dengan menambahkan bantuan beras hingga akhir tahun 2023 dan menggulirkan BLT el nino untuk bulan November-Desember guna menjaga daya beli kelompok miskin dan rentan," ujarnya. (sap)