JAKARTA, DDTCNews - Ekonomi global pada 2019 diproyeksikan bergerak lesu. Menjaga pasar domestik menjadi agenda kerja pemerintah pada tahun depan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kesepakatan awal antara AS-China perihal perang dagang tidak akan banyak menolong prospek pertumbuhan ekonomi global tahun depan. Oleh karena itu, menjaga iklim domestik menjadi lebih penting ketimbang berkutat pada dinamika global.
"Tahun depan global growth tidak sekuat tahun ini, maka kita perlu untuk jamin domestic demand kita cukup kuat dan resilient," katanya di Forum CEO Networking 2018, Senin (3/12/2018).
Memperkuat permintaan domestik diterjemahkan Sri Mulyani ke dalam tiga dimensi. Pertama adalah menjaga konsumsi rumah tangga terjaga di kisaran 5%. Kedua adalah menggenjot laju investasi di dalam negeri. Ketiga adalah kualitas belanja pemerintah yang ditingkatkan.
Menjaga ketiga indikator ini menurutnya penting untuk kestabilan ekonomi domestik. Pasalnya, ketidakpastian dalam kancah ekonomi global belum akan mereda dalam waktu dekat.
Sebagai pemegang kunci kebijakan fiskal, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyatakan anggaran 2019 akan dialokasikan secara bijak dan hati-hati. Ekonomi yang cenderung melemah memaksa pemerintah berhati-hati pada neraca yang cenderung defisit baik itu dalam perdagangan maupun transaksi berjalan.
"Tapi sekarang anda akan berhadapan dengan demand side. Dalam mengelola APBN, kita juga hadapi tidak semuanya neraca maupun arus pendapatan ada kepastian. Kita bisa proyeksi tapi yang kita hadapi setiap hari adalah real time," tandasnya.
Oleh karena itu, pemerintah menyesuaikan kebijakan di mana defisit APBNÂ 2019 dirancang 1,8% terhadap PDB. Alokasi belanja lebih dari Rp2.400 triliun dibarengi dengan berbagai kebijakan perpajakan sebagai stimulus ekonomi.
"Semuanya diharapkan untuk bisa mempertahankan permintaan domestik tetap kuat," imbuhnya. (Amu)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.