JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menghadiri pertemuan ke-3Â negara-negara G-20 di Buenos Aires pada 21-22 Juli 2018. Pertemuan ini menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam mengatasi ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan pers, Senin (23/7). Menurutnya, dalam pertemuan tersebut, ekonomi global diprediksi tetap tumbuh positif meski dibayangi sejumlah risiko.
"Perekonomian global masih diperkirakan tumbuh solid sebesar 3,9% pada 2018 dan 2019, namun perekonomian global mulai menunjukkan risiko perlambatan pertumbuhan dalam jangka menengah dan meningkatnya faktor risiko," katanya.
Adapun aktor risiko tersebut terutama bersumber dari ketegangan perdagangan, normalisasi kebijakan suku bunga beberapa Bank Sentral. Selain itu, faktor ketegangan geopolitik di beberapa kawasan ikut mempengaruhi ekonomi global.
"Dampak perkembangan teknologi terhadap sektor keuangan juga mewarnai diskusi pada pertemuan, khususnya mengenai upaya eksplorasi manfaat teknologi keuangan bagi konsumen, investor, dan perekonomian serta kekhawatiran terhadap risiko yang timbul dari perkembangan teknologi keuangan," ungkapnya.
Agusman menegaskan pembahasan G20 tersebut sejalan dengan assesment BI sebagaimana tercermin pada Rapat Dewan Gubernur pada 18-19 Juli 2018. Dalam kesempatan itu, BI menyampaikan adanya kenaikan risiko nilai tukar di banyak negara.
Kebijakan ini khususnya berlaku di negara berkembang. Gejolak dan risiko nilai tukar ini memaksa bank sentral menaikkan suku bunga untuk menjaga stabilitas, terlepas kondisi ekonomi domestik masing-masing negara.
"Dalam kaitan tersebut, BI menekankan pentingnya memperkuat bauran kebijakan moneter dan fiskal, serta memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas dan mendorong pelaksanaan reformasi struktural," papar Agusman. (Amu)