JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah optimis bisa mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 6,1% sebagaimana ditargetkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penetapan asumsi dasar dalam RAPBN 2018 didasari oleh adanya pemulihan perekonomian global yang telah dirilis oleh beberapa lembaga. Sebelumnya, perekonomian global sempat melemah yang berimbas pada sejumlah negara lainnya.
"Penetapan asumsi dasar RAPBN 2018 karena didorong oleh perekonomian global yang membaik seperti Amerika dan Eropa. Pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sendiri akan didorong oleh faktor konsumsi, investasi, dan belanja," katanya di Gedung DPR RI Jakarta, Senin (12/6).
Ia menjelaskan inflasi tetap harus dijaga agar tetap dalam angka yang rendah, dalam hal ini faktor konsumsi berperan untuk menekan inflasi. Pasalnya akan ada Asian Games dan Pemilu, sehingga menurutnya akan terjadi peningkatan konsumsi barang dan jasa.
Sedangkan investasi akan mengandalkan hal yang berasal dari non-fiskal yaitu perbankan. Di satu sisi, hal ini menjadi perbaikan Indonesia khususnya beberapa waktu lalu dengan menjadikan NKRI berperingkat investment grade.
"Supaya bisa mencapainya, maka dari sisi konsumsi harus dijaga dengan didorong oleh inflasi rendah. Investasi kunci membuat pertumbuhan tinggi dengan sumber investasi non pemerintah cukup berarti," tutup dia.
Pemerintah melalui RAPBN 2018 mematok pertumbuhan ekonomi dengan rentang 5,4%-6,1%, angka itu cukup ambisius dibandingkan dengan realisasi dalam 2 tahun terakhir. Lalu inflasi sebesar 3,5±1,0%, nilai tukar (kurs) Rp13.500-13.800 per US$, suku bunga SPN 4,8%-5,6%.
Sedangkan, asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$45-60 per barel. Kemudian untuk lifting migas mencapai 1.965-2.050 ribu barel per hari (bph), dengan rincian lifting minyak bumi sekitar 771 ribu-815 ribu bph, dan gas bumi sekitar 1.194-1.235 ribu barel setara minyak per hari. (Amu)