PHNOM PENH, DDTCNews - Pakar kesehatan di Kamboja mendesak pemerintah segera menaikkan tarif cukai rokok sebagai salah satu upaya untuk mengurangi prevalensi merokok dan mencegah penyakit yang berisiko bagi kesehatan.
Direktur Eksekutif Cambodia Movement for Health (CMH) Mom Kong mengatakan pemerintah tidak pernah menaikkan cukai rokok sejak 2016. Padahal, beberapa negara di Asean lainnya sudah menggandakan tarif cukai dalam 10 tahun terakhir.
"Langkah-langkah seperti kenaikan cukai rokok adalah yang paling efektif dalam mengurangi tingkat merokok," ujarnya, dikutip pada Rabu (13/8/2025).
Lantaran tidak ada kenaikan tarif cukai, Mom Kong menyebut selama ini rokok di Kamboja tetap dijual dengan harga murah. Akibatnya, banyak remaja atau bahkan mengonsumsi produk tersebut.
Dia menjelaskan Undang-Undang Pengendalian Tembakau (Tobacco Control) telah mengamanatkan produsen rokok dalam negeri maupun impor harus mencantumkan peringatan kesehatan dalam bahasa Khmer pada kemasan rokok. Namun, survei CHM mendapati masih banyak kelalaian pelaku usaha maupun petugas Bea Cukai dalam memenuhi perintah tersebut.
CHM melaporkan dari 11.325 batang rokok yang terjual di 483 lokasi di Phnom Penh, Kampong Cham, dan Siem Reap, ada 15% rokok tidak memiliki label, 20% tidak memiliki peringatan kesehatan, dan lebih dari 13% rokok sudah kedaluwarsa.
"Rokok menjadi penyebab 15.000 kematian setiap tahun di Kamboja karena memicu stroke, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit paru obstruktif kronik, serta kanker paru-paru, bronkial, dan trakea," papar Mom Kong.
Dengan banyaknya efek buruk rokok terhadap kesehatan, dia kembali mendesak pemerintah agar menaikkan cukai secara berkala. Selain itu, kenaikan tarif cukai rokok juga bertujuan mencapai target peningkatan kualitas layanan kesehatan tanpa menimbulkan kesulitan anggaran sebagaimana dimuat dalam roadmap pemerintah periode 2024-2035.
Mom Kong juga meminta pemerintah melakukan penindakan tegas terhadap kemasan rokok tanpa pita cukai. Sebab, hal ini justru mengakibatkan negara kehilangan penerimaan dan adanya potensi penggelapan pajak.
Senada, Peneliti Ekonomi dari Royal Academy of Cambodia Ky Sereyvath mendorong pemerintah untuk menaikkan cukai rokok setidaknya 75%. Tujuannya, mengurangi konsumsi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mengerek pendapatan negara.
Di samping itu, dia mengusulkan pengenaan cukai khusus untuk rokok dan membatasi impor rokok. Setelahnya, pemerintah diminta mengubah UU Pengendalian Tembakau dengan merevisi batas usia konsumsi rokok, mengatur jendela waktu pembelian dan penjualan rokok, serta lokasi penjualan. Langkah itu bertujuan mencegah anak di bawah 18 tahun leluasa membeli rokok.
"Produsen rokok swasta ini menghasilkan keuntungan dari penjualan rokok tanpa mengalokasikannya untuk kesehatan masyarakat. Seharusnya ada peraturan yang mewajibkan mereka untuk berkontribusi pada sektor kesehatan masyarakat," imbuh Ky dilansir cambodianess.com. (dik)