Ilustrasi. Pengunjung memperhatikan sejumlah barang di salah satu pusat perbelanjaan di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (10/7/2020). Pemerintah kota Manado membuka kembali pusat perbelanjaan dengan pembatasan waktu dan penerapan protokol kesehatan ketat, serta melakukan pendataan KTP milik pengunjung pada masa normal baru ini. ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/pras.
JAKARTA, DDTCNews – Konsumsi dan investasi masih akan menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi pada 2021 mendatang yang diasumsikan tumbuh 4,5%-5,5%.
Di hadapan anggota DPR RI, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan konsumsi dan investasi akan menjadi komponen produk domestik bruto (PDB) yang akan mengalami pemulihan terlebih dahulu dibandingkan dengan komponen lainnya.
"Kedua komponen ini akan menjadi penggerak. Komitmen untuk menjaga stabilitas inflasi diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan konsumen untuk berbelanja seiring dengan mobilitas yang diproyeksikan sudah normal pada 2021," ujarnya, Selasa (1/9/2020).
Merujuk pada Nota Keuangan RAPBN 2021, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) bakal tumbuh moderat sebesar 4,1%-5,3%.
Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diproyeksi akan mengalami peningkatan hingga mencapai 6%-7,1% pada tahun depan, setelah terkontraksi sangat dalam pada 2020 sekitar -4,2% hingga -2,6% dan melambat 4,4% pada 2019.
“PMTB akan naik sejalan dengan pembangunan infrastruktur dan reformasi struktural," ujar Sri Mulyani.
Adapun kegiatan ekspor impor juga diproyeksikan akan membaik meski masih tergantung pada prospek pemulihan ekonomi global yang dihantui oleh faktor geopolitik dan tensi antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Meski demikian, ekspor diupayakan bertumbuh dengan penambahan negara pasar serta diversifikasi produk ekspor. Sementara itu, aktivitas impor akan difokuskan untuk pemenuhan bahan baku dan barang modal.
Merujuk pada Nota Keuangan RAPBN 2021, proyeksi pertumbuhan ekspor dan impor masih sangat lebar. Hal ini mengindikasikan tingginya ketidakpastian ekonomi global pada 2021 mendatang. Ekspor diproyeksikan tumbuh sebesar 2,7%-6,2%, sedangkan impor tumbuh 3,2%-8,5%.
Pemulihan ekonomi pada 2021, sambung Sri Mulyani, akan disokong sektor manufaktur. Sektor informasi dan komunikasi juga diproyeksikan tumbuh melesat. Hal ini akan membantu peningkatan pertumbuhan sektor-sektor yang memanfaatkan teknologi informasi, seperti jasa keuangan dan perdagangan ritel. Keduanya diperkirakan tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan nasional.
“Sektor manufaktur diharapkan menjadi engine of growth," kata Sri Mulyani. (kaw)