KEBIJAKAN FISKAL

Sri Mulyani: APBN Boleh Populis, Asalkan...

Redaksi DDTCNews | Kamis, 28 Februari 2019 | 14:06 WIB
Sri Mulyani: APBN Boleh Populis, Asalkan...

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (foto: Kemenkeu)

JAKARTA, DDTCNews – Penggunaan APBN selalu menjadi sorotan ketika masuk tahun politik. Hajatan pesta demokrasi dinilai menjadi momentum yang biasa dipakai untuk membuat kebijakan populis yang didanai dengan anggaran dalam APBN.

Mengomentari hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku tidak mempermasalahkan penggunaan anggaran yang besifat populis. Namun, penggunaan anggaran itu tidak serta merta menguras kas negara tanpa ada hasil. Keberlanjutan APBN harus dijaga.

“Jadi, tidak usah khawatir. Kita tetap populis tapi sustainable,” katanya dalam sebuah seminar, Kamis (28/2/2019).

Baca Juga:
Rasio Defisit APBN 2025 Dirancang 2,45-2,8 Persen? Ini Kata Kepala BKF

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengungkapkan setiap pemimpin di belahan dunia mana pun harus terhubung dengan pemilihnya. Oleh karena itu, program pemerintah yang bersifat populis tidak terhindarkan.

Namun, kunci dari keberhasilan penggunaan anggaran terletak pada seberapa besar efek berganda (multiplier effect) yang diciptakan. Alih-alih membuat senang rakyat, kebijakan populis yang tidak memperhatikan multiplier effect dapat membawa negara jatuh ke dalam resesi.

Contoh nyata dari gagalnya agenda kebijakan populis menurut Sri Mulyani adalah Venezuela. Berkah moncernya harga komoditas satu dekade ke belakang tidak dikelola secara bijak oleh negara lumbung minyak dunia tersebut. Hal ini membawa resesi dan inflasi tinggi seperti yang terjadi saat ini.

Baca Juga:
Sri Mulyani Beberkan Tantangan Indonesia Naikkan Peringkat Kredit

“Mereka bagi minyak secara gratis bukan hanya kepada rakyatnya tapi juga negara lain di Kawasan Karibia, sehingga waktu [harga] minyak jatuh, bangkrut ekonomi, dan bangkrut APBN-nya,” tandasnya.

Sebagai pemegang kendali otoritas fiskal, Sri Mulyani menilai kebijakan populis yang dijalankan saat ini masih dalam batas aman. Menggenjot infrastruktur dan jaminan sosial kepada masyarakat memiliki efek ganda kepada perekonomian.

“Kita tidak bisa maju tanpa pendidikan dan kesehatan yang semakin baik. Begitu juga dengan infrastruktur sebagai penunjang pertumbuhan,” tandasnya. (kaw)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
BERITA PILIHAN
Kamis, 25 April 2024 | 19:00 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Pegawai Diimbau Cek Kebenaran Pemotongan PPh 21 oleh Pemberi Kerja

Kamis, 25 April 2024 | 18:54 WIB PERMENKOP UKM 2/2024

Level SAK yang Dipakai Koperasi Simpan Pinjam Tidak Boleh Turun

Kamis, 25 April 2024 | 18:30 WIB TIPS PAJAK

Cara Ajukan e-SKTD untuk Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Tagihan Listrik dan Air dalam Sewa Ruangan Kena PPN, Begini Aturannya

Kamis, 25 April 2024 | 17:45 WIB DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN

Imbauan DJPK Soal Transfer ke Daerah pada Gubernur, Sekda, hingga OPD

Kamis, 25 April 2024 | 17:30 WIB KEBIJAKAN ENERGI

Pemerintah Siapkan Tarif Royalti 0% untuk Proyek Hilirisasi Batu Bara

Kamis, 25 April 2024 | 16:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

WP Tak Lagi Temukan Menu Sertel di e-Nofa, Perpanjangan Harus di KPP

Kamis, 25 April 2024 | 15:45 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Ingat, Pakai e-Bupot 21/26 Tidak Butuh Installer Lagi Seperti e-SPT