JOHANNESBURG, DDTCNews – Program khusus pengungkapan data secara sukarela (Special Voluntary Disclosure Program/SVDP) atau lebih dikenal dengan sebutan tax amnesty yang telah digulirkan sejak 1 Oktober 2016 lalu nyatanya hanya dapat menarik sedikit peserta yang ikut dalam program tersebut.
Juru bicara otoritas pajak afrika (South African Revenue Service/SARS) Sandile Memela mengatakan hanya terdapat 499 aplikasi yang masuk selama program tersebut dilaksanakan. Padahal program ini akan segera berakhir pada 31 Agustus 2017.
“Sejalan dengan pengalaman SARS sebelumnya, dengan tenggat waktu yang terbatas, SARS harus mengantisipasi apabila jumlah aplikasi yang masuk akan meningkat secara signifikan pada minggu-minggu terakhir menjelang berakhirnya program SVDP,” tuturnya, Senin (21/8).
Berdasarkan laporan SARS, hingga saat ini penerimaan yang masuk dari program SVDP telah mencapai sepersepuluh dari target yang ditetapkan pemerintah, atau sekitar ZAR4 miliar atau Rp4 triliun dari target yang ditetapkan sebesar ZAR40 miliar atau Rp40 triliun.
Program SVDP diluncurkan untuk memungkinkan orang-orang Afrika Selatan mengatur status pajak mereka sebelum diperkenalkannya Common Reporting Standard (CRS) pada September mendatang. Afrika Selatan akan mulai menerima data keuangan pihak ketiga dari otoritas pajak negara lain secara reguler, yang akan mempersulit wajib pajak untuk menyembunyikan asetnya di luar negeri.
“Begitu SVDP berakhir, pembayar pajak dengan aset yang tersimpan di luar negeri yang tidak diungkapkan akan dikenai pajak dan bunga secara penuh,” ungkap Memela.
Kendati demikian, dilansir dalam international-adviser.com, sejumlah pihak justru menilai program SVDP ini telah gagal, sebab banyak wajib pajak yang mengeluhkan bahwa sistem ini tidak ramah dan terkesan masih memberatkan wajib pajak.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.