PEREKONOMIAN INDONESIA

Pertama Sejak Krismon, Pertumbuhan Ekonomi 2020 Minus 2,07%

Dian Kurniati
Jumat, 05 Februari 2021 | 09.51 WIB
Pertama Sejak Krismon, Pertumbuhan Ekonomi 2020 Minus 2,07%

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan data kinerja perekonomian Indonesia pada 2020. (tangkapan layar Youtube)

JAKARTA, DDTCNews – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 terkontraksi hingga 2,07%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan kontraksi ekonomi yang terjadi pada 2020 merupakan dampak dari pandemi Covid-19. Menurutnya, pandemi Covid-19 telah memberi dampak buruk pada keseluruhan perekonomian.

“Dengan demikian, sejak tahun 1998, untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi. Di tahun 1998 karena adanya krisis moneter (krismon),” ujarnya dalam konferensi video, Jumat (5/2/2021).

Suhariyanto mengatakan pandemi Covid-19 juga menyebabkan kontraksi ekonomi pada semua negara di dunia, kecuali China dan Vietnam yang pada 2020 masih tumbuh masing-masing 2,3% dan 2,9%.

Menurut lapangan usaha, kontraksi terdalam terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan yang mencapai 15,04%, diikuti akomodasi dan makanan minuman mencapai 10,22%. Sebaliknya, jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh hingga 11,6% karena ada pencairan pembayaran insentif tenaga kesehatan dan peningkatan pendapatan rumah sakit yang berkaitan dengan Covid-19.

Sementara dari sisi pengeluaran, semua komponen tumbuh negatif kecuali konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga terkontraksi 2,63%, sedangkan pada 2019 tumbuh 5,04%. Konsumsi LNPRT minus 4,29%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) minus 4,95%, ekspor 7,7%, dan impor 14,71%. Adapun konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 1,94% pada 2020.

"Selama 2020, konsumsi pemerintah merupakan satu-satunya pengeluaran yang mengalami pertumbuhan positif," ujarnya.

Suhariyanto menambahkan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2020 saja mengalami kontraksi 2,19%. Besaran produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal IV/2020 tercatat Rp3.929,2 triliun triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp2.709,0 triliun.

Dia menilai pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2020 yang minus 2,19% secara tahunan itu masih menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 tercatat minus 5,32 dan kuartal III/2020 minus 3,49%.

Menurutnya, kontraksi pertumbuhan tersebut terjadi karena masih terdampak pandemi Covid-19. Meski demikian, catatan pertumbuhan itu sudah mengalami perbaikan meskipun belum sesuai dengan harapan.

Sementara secara kuartalan, ekonomi kuartal IV/2020 tumbuh minus 0,42%. Menurut Suhariyanto, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu mengalami pertumbuhan negatif karena beberapa hal, misalnya masalah musiman untuk sektor pertanian yang masa panennya jatuh pada kuartal II dan III.

Secara kuartalan pula, dia menyebut penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2020 sebetulnya tidak sedalam tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada kuartal IV/2017 sampai minus 1,70%, kuartal IV/2018 minus 1,69%, dan kuartal IV/2019 minus 1,74%.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi 2020 tersebut sesuai dengan yang diperkirakan pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 berkisar minus 1,7% hingga minus 2,2%, setelah beberapa kali melakukan koreksi. (kaw)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.