INDIA

Pecah Rekor! India Terima Utang Rp66 Triliun dari ADB

Redaksi DDTCNews
Rabu, 09 Februari 2022 | 10.30 WIB
Pecah Rekor! India Terima Utang Rp66 Triliun dari ADB

Seorang anak bereaksi ketika petugas kesehatan mencoba mengumpulkan sampel swab untuk pengujian COVID-19 di sebuah rumah sakit di Kolkata, India, pada Senin (17/1/2022). India mencatat lebih dari 2,5 Lakh kasus kemarin karena penyebaran varian baru virus corona di negara tersebut. ANTARA FOTO/Photo by Debarchan Chatterjee/NurPhoto/rwa/sad.

JAKARTA, DDTCNews - Asian Development Bank (ADB) melaporkan telah memberikan pinjaman senilai US$4,6 miliar ke India pada tahun lalu. Pinjaman ini diberikan dalam 17 kali penyaluran.

Adapun dari total dana tersebut, sebanyak US$1,8 miliar diberikan ADB untuk merespons dampak virus Corona di India.

"ADB mencatat Ini merupakan rekor pinjaman negara, termasuk US$1,8 miliar untuk menanggulangi dampak kesehatan yang diakibatkan penyakit Covid-19 negara itu," tulis ADB dalam keterangan resminya dikutip, Selasa (8/2/2022).

ADB memerinci, dari jumlah pinjaman untuk dana kesehatan di India itu, US$1,5 miliar ditujukan guna pengadaan vaksin. Sisanya, US$300 juta untuk memperkuat perawatan di daerah perkotaan dan dana cadangan.

Sementara itu, dana sebesar US$2,8 miliar dialokasikan untuk mendukung transportasi, pembangunan perkotaan, keuangan, pertanian, dan pengembangan keterampilan.

Direktur ADB untuk India Takeo Konishi mengatakan pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung perjuangan pemerintah setempat melawan Covid-19 dan mendukung prioritas pembangunan lainnya.

“Seperti mengelola urbanisasi, meningkatkan daya saing industri untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja, meningkatkan konektivitas, dan meningkatkan keterampilan," ujarnya.

Di sisi lain, dia mengatakan ADB akan terus mendukung negara-negara kurang berkembang melalui penyediaan infrastruktur dasar dan pembangunan kapasitas kelembagaan. Sejalan dengan itu, imbuh Konishi, India juga mengejar investasi transformatif di negara-negara yang lebih maju secara ekonomi.

“Kami juga mendanai proyek-proyek di negara berkembang lain untuk peningkatan konektivitas pedesaan, pengembangan jaringan agribisnis, pendirian universitas, serta mempromosikan keterampilan yang selaras dengan industri, dan pengembangan kapasitas untuk desain proyek," kata Konishi. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.