Presiden Jokowi meninjau Sentra Tenun Jembrana, di Kabupaten Jembrana, Kamis (2/2/2023). (Foto: Humas Setkab/Jay)
Â
JAKARTA, DDTCNews - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak pemerintah daerah (pemda) untuk bersama-sama mengendalikan laju inflasi, khususnya yang bersumber dari harga kebutuhan pokok.Â
Momentum pengendalian inflasi memang cukup tepat, berbarengan dengan makin dekatnya Bulan Puasa dan Lebaran. Berdasarkan catatan BPS, tingkat inflasi pada Januari 2023 masih bertengger di level 5,28%. Kendati sudah melambat jika dibandingkan dengan akhir 2022 lalu, tetapi angkanya masih di atas 5%. Â
"Semua harus bersama-sama kabupaten, kota, provinsi, pusat mengendalikan inflasi nasional kita," ujar Presiden Jokowi saat melakukan kunjungan kerja di Bali, dikutip pada Jumat (3/2/2023). Â
Dalam kunjungannya di Bali, Jokowi sempat meninjau Pasar Melaya, Jembrana untuk mengecek harga bahan pokok yang memengaruhi inflasi, terutama minyak dan beras.
"Tadi di pasar rakyat, tadi saya cek harga-harga utamanya yang inflasinya yang mempengaruhi inflasi, yaitu minyak dan beras," ujarnya.
Presiden mengungkapkan, harga minyak masih terkendali di kisaran Rp14 ribu sampai Rp15 ribu, sedangkan harga beras mengalami sedikit kenaikan.
"Ini yang mempengaruhi inflasi di bulan Januari kemarin juga, salah satunya adalah beras. Itu yang kenapa saya cek terus, saya cek terus," katanya.Â
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) meyakini inflasi akan terus menurun dan akan kembali ke level 2% hingga 4% pada semester II/2023.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tercatat sebesar 5,28% pada Januari 2023. Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada Desember 2022 yang sebesar 5,51%.
"BI akan terus memperkuat respons kebijakan moneter, serta terus berkoordinasi dengan pemerintah guna memastikan penurunan dan terkendalinya inflasi," tulis BI dalam keterangan resminya, Kamis (2/2/2023).
Adapun inflasi inti tercatat mengalami perlambatan dari 3,36% pada Desember 2022 menjadi 3,27% pada Januari 2023. Melambatnya inflasi inti disebabkan oleh perlambatan kenaikan harga sandang, perumahan, dan rekreasi.
"Ke depan, BI meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 2% hingga 4% pada semester I/2023," ungkap BI.
Terpisah, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) mencatat penurunan inflasi pada Januari 2023 didorong oleh perlambatan inflasi komponen harga diatur pemerintah atau administered prices dari 13,34% pada Desember 2022 menjadi 12,28% pada Januari 2023.
Inflasi administered price tercatat melambat berkat menurunnya tarif angkutan udara dan BBM nonsubsidi. Penurunan tarif angkutan udara disebabkan oleh penurunan tarif fuel surcharge atas maskapai. Walau tarif angkutan udara dan BBM nonsubsidi mengalami penurunan, harga rokok dan tarif air PAM tercatat naik.
"Tren inflasi mulai turun perlahan, terutama dari administered price yang berasal dari harga bahan bakar. Pemerintah terus mengantisipasi pergerakan harga komoditas energi dan ketersediaan pasokan BBM untuk memastikan fungsi stabilisasi APBN," ujar Kepala BKF Febrio Kacaribu dalam keterangan resminya. (sap)