STABILITAS NILAI TUKAR

Dolar Kian Beringas, Tembus Rp15.224

Redaksi DDTCNews | Kamis, 04 Oktober 2018 | 13:55 WIB
Dolar Kian Beringas, Tembus Rp15.224

JAKARTA, DDTCNews – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kian beringas terhadap rupiah. Hingga siang ini, Kamis (4/10/2018) pukul 13.31, kurs mata uang Negeri Paman Sam tersebut sudah tembus Rp15.224,65, terlemah sejak krisis moneter 20 tahun silam.

Dolar AS terus mendaki posisi tertingginya setelah menembus level psikologis Rp15.000. Pagi hari sebelumnya, dolar AS bergerak dari rentang Rp15.080-15.150. Sementara itu, harga jual dolar AS di rata-rata bank sudah di atas Rp15.100 per dolar AS.

Hari ini pula, kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp15.133, melemah 0,3% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Posisi rupiah hari ini menjadi yang terlemah sejak kurs acuan diperkenalkan pada 20 Mei 2013.

Baca Juga:
Gubernur BI Yakin Rupiah Bakal Kembali Menguat, Ternyata Ini Alasannya

Nilai tukar dolar yang tembus Rp15.224,65 itu hanya tipis di bawah rekor tertingginya sepanjang sejarah, yaitu Rp15.250 yang tercatat pada 9 Juli 1998, saat krisis moneter menghantam perekonomian Indonesia.

Penguatan dolar AS didorong data positif terbaru AS dan komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang dianggap hawkish. Ketua The Fed Powell mengatakan The Fed dapat menaikkan suku bunga di atas perkiraan pengaturan ‘netral’ karena ekonomi AS yang ‘sangat positif’.

Optimisme itu juga didorong data Institute for Supply Management AS yang melonjak 3,1 poin menjadi 61,6 bulan lalu, tertinggi sejak Agustus 1997. Selain itu, pembayaran upah pegawai swasta melonjak 230.000 pekerjaan pada September, terbesar sejak Februari.

Baca Juga:
Partai Petahana Ini Kaji Insentif Pajak atas Laba yang Direpatriasi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya mencermati tiga faktor penyebab pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tembus Rp 15.000. Perry menyebut tahun ini banyak perubahan di AS yang menyebabkan mata uang negara lain melemah termasuk rupiah.

Pertama, pola perekonomian dunia saat ini tidak lagi tumbuh merata. Kedua, Bank Sentral AS terus menaikkan suku bunga yang diperkirakan Desember akan naik lagi. Ketiga, semakin kencangnya tiupan angin global yang sulit diprediksi, dipicu perang dagang Amerika dan China. (Bsi)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Kamis, 18 April 2024 | 14:00 WIB KEBIJAKAN PERINDUSTRIAN

Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Timur Tengah Terhadap Industri

Kamis, 07 September 2023 | 12:00 WIB KEBIJAKAN MONETER

BI: Cadangan Devisa Turun Jadi US$ 137 Miliar pada Agustus 2023

BERITA PILIHAN
Jumat, 10 Mei 2024 | 17:00 WIB KABUPATEN BONDOWOSO

Pemkab Tetapkan Tarif PBB Bervariasi Tergantung Jenis Objek dan NJOP

Jumat, 10 Mei 2024 | 15:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Kondisi Apa yang Bikin Status PKP Dicabut secara Jabatan oleh DJP?

Jumat, 10 Mei 2024 | 14:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Batasan Nilai Transaksi yang Dipotong PPN oleh BUMN dan Pemerintah

Jumat, 10 Mei 2024 | 13:30 WIB KAMUS PERPAJAKAN

Apa Itu Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)?

Jumat, 10 Mei 2024 | 11:30 WIB PERATURAN PERPAJAKAN

Peraturan Baru Menteri Keuangan Soal Rush Handling, Download di Sini!

Jumat, 10 Mei 2024 | 10:00 WIB PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sudah Berlaku! Simak Daftar Tarif Terkini Pajak di Sulawesi Selatan