JAKARTA, DDTCNews – Pekan lalu, The Federal Reserved dalam sidang The Federal Open Market Committee (FOMC) menaikkan suku bunga acuan Federal Funds Rate sebesar 0,25 basis poin, yaitu dari 0,5% menjadi 0,75%.
Beberapa ekonom menilai, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus mulai meningkatkan persiapan untuk menghadapi kenaikan suku bunga The Fed ke depannya.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Masyita Crystallin mengakui bahwa saat ini penganggaran telah dilakukan secara kredibel oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah juga terus berusaha mempersempit ketimpangan infrastruktur, agar daya saing ekonomi dapat meningkat.
“Tapi, pemerintah perlu memastikan pelaksanaan proyek-proyek prioritas yang berguna sebagai stimulus ekonomi di jangka pendek namun juga untuk meningkatkan potential output di jangka panjang,” jelasnya seperti dikutip laman Kemenkeu RI, Rabu (21/12).
Ekonom Yoopie Abimanyu mengatakan dari pemerintah dan BI harus bersiap diri. Kenaikan suku bunga dapat memengaruhi depresiasi nilai tukar rupiah.
Di sisi APBN, pelemahan rupiah dapat membebani pembayaran utang dan obligasi dalam dolar. “Sedangkan dari sisi moneter, BI selama ini melakukan relaksasi moneter melalui penurunan tingkat bunga, kemungkinan harus menahan semua instrumen moneter,” katanya.
Sementara itu, Ekonomi Wahyu Ario Pratomo menjelaskan bahwa salah satu hal yang perlu diantisipasi adalah berkurangnya cadangan devisa Indonesia, karena terjadinya capital outflow dari pasar keuangan.
“Bagi Indonesia yang perlu ditingkatkan adalah penanaman modal asing melalui kemudahan dalam berbisnis karena capital inflow ke sektor riil lebih menjamin kestabilan cadangan devisa kita,” ungkapnya. (Amu)