JAKARTA, DDTCNews – Berita realisasi penerimaan pajak sampai Oktober 2016 yang masih di bawah target mewarnai beberapa media nasional pagi ini, Selasa (8/11). Sekitar 2 bulan menjelang akhir tahun anggaran 2016, realisasi penerimaan pajak baru mencapai Rp870,95 triliun atau 64,27% dari target APBN-P 2016 yang dipatok Rp1.318,9 triliun.
Direktur Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan Pajak Ditjen Pajak (DJP) Â Yon Arsal mengatakan penerimaan pajak saat ini masih lebih baik dari tahun sebelumnya. Angka tersebut, dikatakannya masih tumbuh 13,3% jika dibandingkan dengan nilai penerimaan pajak pada periode sama pada 2015.
Data monitoring pelaksanaan amnesti pajak menunjukkan, total realisasi uang tebusan sampai Senin (7/11) mencapai Rp94,3 triliun. Selain dari amnesti pajak, Yon menyampaikan penerimaan pajak juga berasal dari PPh Migas Rp27,97 triliun, PPh di luar migas Rp842,98 triliun, terdiri dari PPh non-migas Rp513,27 triliun dan PPN Rp307,27 triliun.
Kendati demikian, saat membuka rapat pimpinan nasional ke-10 DJP, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi penerimaan pajak ini masih jauh dari yang diharapkan. Di tengah tantangan yang cukup besar, ia pun meminta agar jajaran DJP tetap berupaya keras mengamankan penerimaan rutin.
Kabar lainnya datang dari Google yang dituntut bayar pajak tahun ini, pertaruhan kuartal akhir pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa terancam turun, serta adanya ojek online yang memangkas pengangguran Indonesia. Berikut ulasan ringkas selengkapnya:
Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi yakin bisa merealisasikan penarikan pajak dari perusahaan mesin pencari internet, Google Inc tahun ini, menyusul pemeriksaan untuk raksasa internet tersebut yang akan selesai dalam waktu dekat. Saat ini, pemeriksaan pajak google sudah sampai tahap pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau closing conference. Dalam tahap ini wajib pajak akan melakukan diskusi dengan pemeriksa terkait temuan pemeriksaannya atau tahap negosiasi.
Jelang akhir tahun, belanja pemerintah diharapkan dapat mendongkrak perekonomian dalam jangka pendek guna mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari 5%. Berdasarkan APBN-P 2016, pertumbuhan ekonomi dipatok 5,2%. Namun, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengubah target tahun ini menjadi hanya 5,1%. Pada kuartal IV/2016 akan ada perbaikan melalui akselerasi belanja pemerintah, kondisi ini diyakini dapat berpengaruh pada konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).
Cadangan devisa berisiko tergerus jika nilai tukar rupiah tertekan akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang diprediksi terjadi pada tahun ini. Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Oktober 2016 senilai US$115 miliar atau menurun US$700 juta dari posisi bulan sebelumnya US$115,7 miliar. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan penurunan cadangan devisa dikarenakan penerimaan pajak dan penerbitan surat berharga BI (SBBI) valas tidak cukup untuk menutupi kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.
Setelah cukup lama akrab dengan grafik pergerakan harga komoditas yang melandai, kenaikan harga batu bara acuan (HBA) ke level US$84,89 per ton di bulan ini sekilas sedikit sulit dipercaya. Beberapa rekor manis mulai tertoreh menjelang akhir tahun. Kenaikan harga sebesar US$15,82 atau 22,9% dari HBA Oktober senilai US$69,07 per ton tersebut menjadi kenaikan bulanan tertinggi, sekaligus memecahkan rekor kenaikan bulanan pada Februari 2011 yang mencapai US$14,65. Kendati demikian, dibalik kenaikan yang siginifikan tersebut ada hal yang patut diwaspadai yakni faktor utama yang mendorong kenaikan tersebut.
Pemerintah menjanjikan stimulus fiskal pada triwulan IV/2016 meningkat ketimbang triwulan III/2016. Hal ini disampaikan setelah catatan pertumbuhan ekonomi triwulan III/2016 yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dengan konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif.
Maraknya aplikasi transportasi daring (online) berbasis internet, seperti Go-Jek, Uber, dan Grab Bike ternyata berpengaruh positif pada penurunan jumlah pengangguran di Indonesia. Ini tercermin dari penurunan angka pengangguran di bulan Agustus 2016 yang dirilis oleh BPS. BPS mengumumkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2016 sebesar 5,61% dari total penduduk Indonesia atau setara dengan 7,03 juta orang. Turun 530.000 orang (0,57%) dibandingkan periode sebelumnya. Menurut kepala BPS Suhariyanto, penurunan jumlah pengangguran tersebut dipengaruhi oleh peningkatan jumlah tenaga kerja sektor informal, yang salah satunya adalah berkembangnya transportasi online. (Amu)