Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews - Ketua MPR Bambang Soesatyo meminta pemerintah mewaspadai imbas dari ambruknya sejumlah bank di Amerika Serikat (AS). Pemerintah pun diminta untuk menyiapkan strategi agar efek ikutan dari persoalan ekonomi di AS tidak dirasakan secara signifikan oleh pelaku ekonomi di Tanah Air.Â
Bambang juga mendorong Bank Indonesia (BI) untuk memperkuat sinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bersama OJK dan Kementerian Keuangan. KSSK, ujarnya, perlu memitigasi berbagai risiko makro ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan.
"Untuk itu pemerintah tetap perlu menyiapkan antisipasi atas risiko yang mungkin muncul atau efek domino dari kebangkrutan beberapa bank besar di AS," kata Bambang dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/3/2023).Â
Secara khusus, Bambang juga meminta Kemenkeu dan BI untuk terus memantau isu serta efek bangkrutnya beberapa bank besar di AS, di samping terus menjaga dan memperkuat sistem keuangan di Indonesia.
Sejumlah langkah mitigasi yang perlu disiapkan, menurut Bambang, antara lain memperkuat permodalan perbankan, menstabilkan/mengendalikan risiko kredit, serta menjaga likuiditas perbankan.Â
"Sehingga diharapkan, upaya-upaya tersebut dapat terus menopang ketahanan perbankan Indonesia sehingga dalam kinerjanya tidak terdampak langsung oleh dinamika penutupan sejumlah bank di Amerika," katanya.Â
Seperti diketahui, ada 3 bank di AS yang dinyatakan bangkrut. Ketiganya adalah Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan Silvergate Bank.Â
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengungkapkan penyebab dari bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB). Jika dilihat dari nominal aset, yakni US$200 miliar, SVB sebenarnya tergolong kecil untuk ukuran market Amerika Serikat. Kendati begitu, bangkrutnya SVB memberikan dampak psikologis yang cukup kuat bagi deposan di AS.
Merespons situasi tersebut, pemerintah AS kemudian menerbitkan bailout untuk memberikan dana talangan bagi SVB. Tak cuma itu, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) juga memberikan penyelamatan atas deposit nasabah, baik insured atau non-insured.
"Ini tentu suatu pelajaran yang perlu kita lihat. Bank yang kecil di dalam posisi tertentu bisa mennimbulkan persepsi sistemik," kata Menkeu Sri Mulyani.
Setidaknya ada 3 alasan di balik bangkrutnya SVB. Salah satunya, sektor pembiayaan yang disasar oleh SVB selama ini adalah industri startup atau perusahaan rintisan. Penurunan kinerja banyak startup pada 2022 membuat keuangan bank menjadi tidak sehat. (sap)