Materi paparan yang disampaikan Wamenkeu Suahasil Nazara.
JAKARTA, DDTCNews - Beban yang timbul akibat kenaikan harga BBM bersubsidi lebih banyak ditanggung oleh rumah tangga mampu ketimbang rumah tangga rentan.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan beban tambahan yang ditanggung oleh 40% masyarakat terbawah akibat kenaikan harga BBM bersubsidi mencapai Rp8,1 triliun, sedangkan beban tambahan yang ditanggung oleh rumah tangga mampu mencapai Rp42,2 triliun.
"Mengapa besar [yang ditanggung rumah tangga mampu]? Iya, karena mereka pengguna Pertalite dan Solar paling banyak," ujar Suahasil dalam kuliah tamu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Senin (12/9/2022).
Walau beban tambahan yang ditanggung masyarakat rentan lebih rendah, pemerintah berpandangan beban tambahan tersebut berat bagi rumah tangga rentan sehingga pemerintah memberikan tambahan bansos kepada masyarakat pada lapisan tersebut.
Terhitung sejak September hingga akhir tahun, pemerintah akan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) pengalihan subsidi BBM dan bantuan subsidi upah (BSU) dengan manfaat masing-masing senilai Rp600.000.
BLT pengalihan subsidi BBM dibayarkan dalam 2 tahap masing-masing senilai Rp300.000. BLT akan dinikmati oleh 20,65 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dan membutuhkan anggaran senilai Rp12,4 triliun.
BSU akan dibayarkan secara langsung senilai Rp600.000 kepada 16 juta pekerja dengan upah Rp3,5 juta per bulan atau lebih rendah. Penyaluran BSU membutuhkan anggaran senilai Rp9,6 triliun.
Adapun pemda juga diwajibkan untuk mengucurkan belanja bansos bagi pengemudi ojek, pelaku UMKM, dan nelayan; penciptaan lapangan kerja; dan pemberian subsidi transportasi umum daerah senilai 2% dari dana transfer umum (DTU). Belanja wajib tersebut harus dianggarkan dan dilaporkan ke pemerintah pusat paling lambat pada 15 September 2022. (sap)