Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto. (Foto: DDTCNews/Dik)
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen pada Agustus 2020 kembali mengalami deflasi, sebesar 0,05%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan deflasi tersebut menjadi yang kedua kali pada tahun ini, setelah Juli lalu deflasi 0,10%. Menurutnya, deflasi tersebut disebabkan oleh pandemi virus Corona yang menekan sisi permintaan dan penawaran sekaligus.
"Kalau kita melihat perkembangan inflasi berbagai negara memang menunjukkan perlambatan, bahkan mengarah deflasi karena pandemi Covid menghantam dari sisi demand side maupun supply side," katanya melalui konferensi video, Selasa (1/9/2020).
Suhariyanto mengatakan deflasi pada Agustus 2020 tersebut berbanding terbalik dengan bulan yang sama tahun lalu, yang terjadi inflasi 0,12%. Sementara itu, inflasi secara tahun kalender 2020 tercatat 0,93%, dan inflasi secara tahunan sebesar 1,32%.
Menurut Suhariyanto deflasi pada Agustus 2020 terjadi karena adanya penurunan harga pada beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,86%, dan kelompok transportasi sebesar 0,14%.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks misalnya kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,07%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,02%, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 2,02%.
Dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, penurunan harga terjadi pada daging ayam ras dengan andil deflasi 0,09%, bawang merah dengan andil deflasi 0,07%, dan tomat dengan andil deflasi 0,02%. Sementara pada kelompok transportasi, terjadi kenaikan tarif angkutan udara.
Suhariyanto menyebut penurunan harga tersebut menunjukkan daya beli masyarakat belum pulih sejak kasus virus Corona ditemukan di Indonesia awal Maret lalu.
Berdasarkan komponennya, deflasi Agustus 2020 terjadi karena komponen harga bergejolak yang mengalami deflasi 1,44%, dengan andil minus 0,24%. Komponen harga diatur pemerintah juga deflasi 0,02%, dengan andil 0%. Pada komponen inti terjadi inflasi 0,29%, dengan andil 0,19%.
Dari 90 kota yang disurvei, 53 kota mengalami deflasi sedangkan 37 kota lainnya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 0,92%, sedangkan yang terendah terjadi di Sibolga, Tembilahan, Bekasi, dan Banyuwangi masing-masing 0,01%.
Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Meulaboh sebesar 0,88%, dan terendah terjadi di Batam, Kediri, dan Kotamobagu masing-masing sebesar 0,02%. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.