JAKARTA, DDTCNews - Pertumbuhan kredit tetap melambat meski Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menempatkan dana pemerintah senilai Rp200 triliun di bank-bank BUMN atau Himbara.
Pertumbuhan kredit perbankan pada Oktober 2025 hanya sebesar 7,36% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan kredit pada September 2025 yang mencapai 7,7% (yoy).
"Permintaan kredit yang belum kuat dipengaruhi oleh sikap pelaku usaha yang masih menahan ekspansi (wait and see), optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, dan suku bunga kredit yang masih relatif tinggi," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Rabu (19/11/2025).
Kredit yang belum dicairkan atau undisbursed loan pada Oktober 2025 masih cukup besar, yaitu senilai Rp2.450,7 triliun atau 22,97% dari plafon kredit yang tersedia.
Dari sisi penawaran, kapasitas pembiayaan bank masih memadai ditopang oleh rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 29,47%.
DPK juga tumbuh 11,48% (yoy) didorong oleh ekspansi keuangan pemerintah, utamanya penempatan dana pemerintah di Himbara, serta kebijakan pelonggaran likuiditas oleh BI.
Minat perbankan dalam menyalurkan kredit sesungguhnya positif, tercermin pada persyaratan kredit yang longgar. Namun, syarat kredit konsumsi dan UMKM masih ketat seiring dengan kehati-hatian bank dan risiko pada kedua segmen tersebut. Akibatnya, kredit UMKM terkontraksi 0,11% (yoy) pada Oktober 2025.
Terlepas dari kondisi-kondisi di atas, BI memperkirakan kredit perbankan akan bertumbuh setidaknya sebesar 8% hingga 11% pada tahun ini. Kredit diperkirakan mampu bertumbuh lebih tinggi pada tahun depan.
"Ke depan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan KSSK untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan serta memperbaiki struktur suku bunga," ujar Perry. (rig)
