JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mencatat risiko tingkat bunga atau interest rate risk pada postur utang pemerintah cenderung terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Risiko tingkat bunga tercatat naik akibat bertambahnya utang dengan tingkat bunga mengambang atau variable rate. Pemerintah mencatat rasio variable rate naik dari sebesar 16,3% pada akhir 2021 menjadi sebesar 19,9% pada semester I/2025.
"Rasio variable rate masih terkendali walaupun cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya outstanding SBN dalam rangka implementasi SKB 2 dan 3 tahun 2020-2022 yang seluruhnya diterbitkan dengan tingkat bunga mengambang," tulis pemerintah dalam Nota Keuangan RAPBN 2026, dikutip pada Jumat (22/8/2025).
Bila SBN yang diterbitkan berdasarkan SKB antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak turut diperhitungkan, rasio variable rate naik dari 7,4% pada 2021 menjadi 10,9% pada semester I/2025.
Tak hanya itu, rasio variable rate juga naik akibat meningkatnya penerbitan SBN ritel. Seperti diketahui, mayoritas SBN ritel yang diterbitkan pemerintah memiliki bunga mengambang, bukan bunga tetap atau fixed rate.
SBN ritel dengan bunga mengambang terus ditawarkan oleh pemerintah guna memperdalam dan memperluas basis investor domestik.
Ke depan, rasio variable rate diperkirakan akan terus turun seiring dengan jatuh tempo SBN yang diterbitkan berdasarkan SKB antara pemerintah dan BI. Pasalnya, sebagian besar SBN SKB akan dibiayai kembali melalui penerbitan SBN dengan tingkat bunga tetap.
SBN SKB yang dibiayai kembali dengan SBN dengan tingkat bunga tetap secara berangsur-angsur akan menekan rasio variable rate dan risiko tingkat bunga dalam postur utang pemerintah.
"Terdapat potensi refinancing dengan tingkat bunga tetap yang lebih rendah mengingat kenaikan tingkat bunga oleh otoritas moneter global diproyeksikan tidak akan berlanjut dan cenderung berada dalam siklus penurunan tingkat bunga seiring dengan laju inflasi yang sudah mulai menunjukkan tren penurunan," tulis pemerintah.
Sebagai informasi, pembiayaan utang pada tahun depan diusulkan senilai Rp781,9 triliun atau tumbuh 9,28% bila dibandingkan dengan outlook utang tahun ini yang senilai Rp715,5 triliun.
Bila diperinci, utang SBN pada tahun depan diusulkan mencapai Rp749,2 triliun, naik 28% bila dibandingkan dengan outlook utang SBN tahun ini. Berbanding terbalik, utang pinjaman pada tahun depan diusulkan hanya senilai Rp32,7 triliun, turun 74,9% bila dibandingkan dengan outlook pinjaman tahun ini. (dik)