Ilustrasi. Gedung Ditjen Pajak.
JAKARTA, DDTCNews - Ditjen Pajak (DJP) berupaya mengefisiensi biaya operasional dalam pengumpulan pajak. Efisiensi itu akan tecermin dari penurunan rasio anggaran DJP terhadap penerimaan pajak (cost of tax collection ratio).
Dirjen Pajak Bimo Wijayanto mengatakan cost of tax collection ratio Indonesia saat ini sudah lebih rendah di antara negara Asia. Menurutnya, efisiensi cost of tax collection akan terus diupayakan agar setara dengan negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Australia.
"Memang di negara-negara yang sudah cukup mature sistem administratif perpajakannya seperti Australia atau Amerika, kita memang masih jauh," katanya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR, dikutip pada Selasa (15/7/2025).
Bimo mengatakan cost of tax collection ratio Indonesia yang sebesar 0,89% pada 2025 sudah lebih rendah ketimbang Filipina sebesar 2%, India 1,5%, dan China 1%. Namun, ada negara yang memiliki sistem administrasi pajak lebih matang sehingga cost of tax collection ratio-nya lebih kecil seperti Australia yang hanya 0,5% dan AS 0,4%.
Dia menyebut cost of tax collection ratio Indonesia telah menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Cost of tax collection ratio Indonesia sempat menyentuh 1,32% pada 2021, tetapi berangsur turun menjadi 1,13% pada 2022, 1,06% pada 2023, 1,08% pada 2024, dan 0,89% pada 2025.
"Apa sih komponen dari cost of tax collection ratio? Tentu saja gaji dan tunjangan kinerja, kemudian juga belanja barang, dan belanja modal," ujarnya.
Bimo membeberkan data cost of tax collection ratio ini saat meminta tambahan anggaran pada 2026, dari pagu indikatif senilai Rp4,47 triliun. Pada tahun depan, DJP mengusulkan tambahan anggaran senilai Rp1,79 trilliun sehingga total pagunya menjadi Rp6,26 triliun.
Menanggapi paparan Bimo, Ketua Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun menilai wajar DJP meminta tambahan anggaran untuk mengejar target penerimaan yang terus meningkat. Menurutnya, mengejar penerimaan negara yang besar memang membutuhkan anggaran tidak sedikit.
"Rumus teorinya ada pengorbanan untuk mendapatkan hasil yang optimal," katanya. (dik)