Ilustrasi. Suasana bongkar muat peti kemas di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (9/5/2024). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/YU
JAKARTA, DDTCNews - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memandang surplus neraca perdagangan dalam 48 bulan terakhir ini akan memberikan pondasi yang kuat untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional.
Kepala BKF Febrio Kacaribu mengatakan surplus neraca perdagangan menjadi salah satu indikator positif di tengah ketidakpastian ekonomi global. Namun, pemerintah juga tetap mewaspadai berbagai perubahan pada ekonomi dunia.
"Kita tetap harus waspada terhadap perubahan kondisi global dan terus memperkuat dukungan kebijakan demi mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan," katanya, dikutip pada Kamis (16/5/2024).
Berdasarkan proyeksi IMF, lanjut Febrio, kinerja perdagangan Indonesia masih akan positif seiring dengan kinerja volume ekspor terus tumbuh di tengah pemulihan global yang berlangsung stabil walau lambat.
Selain itu, sambungnya, keadaan geopolitik yang belum stabil dan penurunan aktivitas ekonomi negara-negara mitra utama juga masih perlu diantisipasi.
Dia menilai berbagai dinamika perekonomian global tersebut akan berdampak terhadap kinerja perdagangan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional.
"Langkah antisipasi akan terus disiapkan melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi produk dan mitra dagang utama," ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada April 2024 mengalami surplus senilai US$3,56 miliar. Dalam catatan BPS, nilai ekspor pada April 2024 mencapai US$19,62 miliar dan impor mencetak US$16,06 miliar.
Kinerja neraca perdagangan tersebut melanjutkan tren surplus yang terjadi sejak Mei 2020 atau 4 tahun berturut-turut. Secara akumulatif, surplus neraca perdagangan sudah mencapai US$157,21 miliar. (rig)