Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mencatat kinerja APBN mengalami surplus senilai Rp8,1 triliun pada kuartal I/2024. Angka tersebut setara 0,04% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan surplus yang terjadi menandakan pengelolaan APBN masih kuat. Surplus terjadi karena realisasi pendapatan negara tercatat Rp620,01 triliun, sedangkan belanja negara tercatat senilai Rp611,9 triliun.
"Posisi total dari APBN kita masih surplus Rp8,1 triliun atau 0,04% GDP," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Jumat (26/4/2024).
Surplus APBN pada kuartal I/2024 memang lebih kecil jika dibandingkan dengan periode yang sama 2023. Pada saat itu, APBN mengalami surplus senilai Rp128,1 triliun atau 0,61% PDB.
Pada APBN 2024, pemerintah merancang defisit senilai Rp522,82 triliun atau 2,29% PDB.
Sri Mulyani mengatakan pendapatan negara pada kuartal I/2024 mengalami kontraksi sebesar 4,1%. Pendapatan negara yang sejumlah Rp620,01 triliun ini utamanya ditopang oleh penerimaan perpajakan.
Penerimaan perpajakan tercatat senilai Rp462,9 triliun, yang terdiri atas penerimaan pajak Rp393,9 triliun serta kepabeanan dan cukai Rp69 triliun. Sementara itu, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp156,7 triliun.
"Seperti diketahui bahwa tahun 2022-2023 dari growth penerimaan negara sangat tinggi. Walaupun kita memahami akan ada koreksi, kita akan hati-hati," ujarnya.
Dari sisi belanja, Sri Mulyani menyebut realisasinya senilai Rp611,9 triliun, yang terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp427,6 triliun serta belanja transfer ke daerah Rp184,3 triliun.
Menurutnya, belanja negara mengalami pertumbuhan 18% karena dipengaruhi pelaksanaan pemilu, serta pembayaran THR kepada aparatur negara.
Dengan kinerja APBN ini, keseimbangan primer masih mengalami surplus senilai Rp122,1 triliun hingga akhir Maret 2024. Adapun soal pembiayaan anggaran, telah terealisasi Rp84 triliun. (sap)