PENGELOLAAN EKONOMI

Ekonomi Sulit Diakselerasi, Dua Faktor Ini Penyebabnya

Redaksi DDTCNews
Kamis, 22 November 2018 | 13.58 WIB
Ekonomi Sulit Diakselerasi, Dua Faktor Ini Penyebabnya

Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dalam seminar nasional The Consumer Banking Forum, Kamis (22/11/2018). (Foto: DDTCNews/Das)

JAKARTA, DDTCNews—Perekonomian Indonesia diyakini masih mempunyai ruang untuk terus berakselerasi. Syaratnya hanya dua, sukses dalam distribusi kegiatan ekonomi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM).

Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan kebijakan fiskal juga diungkapkannya sudah mengarah untuk mengurai problematika dari dua pekerjaan rumah tersebut.

”Ekonomi yang inklusif menjadi kunci sekarang sebagian besar masih berpusat di Pulau Jawa,” katanya dalam Seminar Nasional The Consumer Banking Forum, Kamis (22/11/2018).

Mardiasmo melanjutkan tantangan nyata untuk mewujudkan ekonomi inklusif adalah wilayah Indonesia yang berbentang luas. Faktor ini yang menyebabkan tidak meratanya kondisi ekonomi antardaerah.

Sebut saja Pulau Jawa yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyumbang 58% lebih dari ekonomi nasional. Kemudian sisanya terbagi di luar Jawa, seperti Pulau Sulawesi yang ekonominya tumbuh di atas angka nasional, namun tidak beriplikasi signifikan karena hanya menyumbang 6,28% terhadap perekonomian nasional.

“Indonesia ini sangat besar dan luas, jadi ekonomi kita beda dengan Singapura, Vietnam dan Thailand. Oleh karena itu, konektivitas antarwilayah yang pertama dilakukan pemerintah,” ungkapnya.

Faktor kedua adalah masih kurangnya kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengisi pasar tenaga kerja. Sistem pendidikan dinilai Mardiasmo belum optimal memasok SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Oleh karena itu, revitalisasi pendidikan vokasi menjadi prioritas pemerintah untuk tahun fiskal 2019. Dengan demikian, bonus demografi dapat dimanfaatkan sebagai modal dalam membangun ekonomi dalam jangka panjang.

“Sekarang banyak pengangguran kelas tinggi karena lulus S1 dan S2 pendidikan general, sehingga tidak link and match dengan kebutuhan industri. Ini merupakan PR yang harus kita kerjakan semua,” imbuhnya. (Bsi)

Editor :
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.