JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga kesinambungan fiskal.
Hal itu Purbaya sampaikan saat bertemu dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva secara virtual. Menurutnya, peran swasta bakal diperkuat dengan didukung oleh belanja fiskal yang efektif untuk menggerakkan ekonomi.
"Defisit APBN di bawah 3% dan rasio utang di bawah 60% terhadap PDB," katanya melalui Instagram, dikutip pada Senin (13/10/2025).
Purbaya menyebut IMF mengapresiasi keberhasilan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi di tengah ketidakpastian global.
Perubahan struktural geopolitik, teknologi, dan demografi telah memicu ketidakpastian. Hal itu menyebabkan banyak negara kini menghadapi lonjakan utang publik dan meningkatnya aspirasi generasi muda atas kesempatan kerja.
IMF memandang Indonesia sebagai "bright spot" di tengah ketidakpastian global. Reformasi kelembagaan, pembentukan Danantara, hilirisasi SDA, dukungan likuiditas, optimalisasi generasi muda, serta keberhasilan meredam keresahan publik dinilai menjadi kunci keberhasilan.
Selain itu, kebijakan fiskal pro-pertumbuhan dengan tetap menjaga disiplin fiskal juga menjadi nilai tambah bagi Indonesia.
"Indonesia dinilai resilien dan berpeluang besar mencapai pertumbuhan tinggi. Fundamental ekonomi yang kuat, disiplin fiskal yang konsisten dijaga, serta sektor swasta yang adaptif dan tangguh menjadi faktor kunci," ujarnya.
Purbaya menyebut pemerintah akan terus memberikan insentif bagi dunia usaha, memastikan suplai likuiditas berbunga rendah memadai, serta mempercepat proses deregulasi.
Saat ini, base money pada September 2025 tumbuh sekitar 13% (yoy) setelah penempatan Rp200 triliun dana negara berbunga rendah di bank Himbara. Penempatan dana ini menjadi bagian dari cash management guna menjaga likuiditas kas negara aman sesuai disiplin fiskal namun tetap produktif mendorong ekonomi.
Menurutnya, berbagai upaya tersebut bertujuan mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, pemerintah dalam jangka pendek juga berharap kebijakan yang ditempuh mampu mengembalikan sentimen positif publik.
"Keyakinan publik terus dibangun, terutama generasi muda terhadap lapangan kerja dan masa depan ekonomi," imbuhnya. (dik)