PRANCIS

Duh, OECD Sebut Agresi Rusia Bisa Bikin Inflasi Global Naik 2,5 Persen

Muhamad Wildan
Jumat, 18 Maret 2022 | 17.00 WIB
Duh, OECD Sebut Agresi Rusia Bisa Bikin Inflasi Global Naik 2,5 Persen

Kantor Pusat OECD di Paris, Prancis. (foto: oecd.org)

PARIS, DDTCNews - Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan agresi Rusia ke Ukraina akan berdampak terhadap kenaikan inflasi global sebesar 2,5% dari proyeksi awal.

Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann mengatakan sepertiga ekspor gandum global berasal dari Rusia dan Ukraina. Tak hanya itu, sambungnya, kedua negara juga memiliki peran besar dalam produksi pupuk dan baja.

"Tekanan pasokan komoditas akibat perang bakal memperburuk gangguan rantai pasok yang terjadi akibat pandemi. Ini kemungkinan akan membebani konsumen dan bisnis untuk beberapa waktu mendatang," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (17/3/2022).

Disrupsi pada pasokan gandum dan pupuk berpotensi meningkatkan kerawanan ketersediaan pangan di seluruh dunia. Sementara itu, kenaikan harga baja akan menimbulkan dampak besar pada berbagai industri, seperti penerbangan, otomotif, dan chip manufacturing.

Tak hanya dominan menyuplai gandum dan baja, Rusia juga memiliki peran penting dalam suplai migas global. Sekitar 16% gas dan 11% minyak global selama ini disuplai oleh Rusia. Adapun Eropa menjadi benua yang amat bergantung pada suplai migas dari Rusia.

"Uni Eropa amat bergantung pada Rusia dalam memenuhi kebutuhan energi. Sekitar 27% minyak mentah dan 41% gas diimpor dari Rusia," ujar Cormann.

Bila perang berlanjut, kenaikan harga akan berdampak terhadap rumah tangga serta menimbulkan disrupsi terhadap produksi barang dan jasa secara global.

Oleh karena itu, OECD mendorong negara-negara Eropa untuk melakukan evaluasi kebijakan agar terlepas dari ketergantungan terhadap Rusia dalam pemenuhan kebutuhan energi domestik.

Semetnara itu, dampak ekonomi yang timbul bagi negara-negara Asia dan Amerika cenderung lebih minim. Meski demikian, negara-negara Asia dan Amerika tetap berpotensi menghadapi ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi dan lonjakan harga.

Secara umum, OECD mendorong setiap yurisdiksi untuk mengeluarkan kebijakan moneter yang dapat menjaga ekspektasi inflasi dan stabilitas pasar keuangan. Bantuan langsung tunai untuk rumah tangga rentan direkomendasikan agar dampak kenaikan harga energi dapat diminimalisasi. (rig)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.