ISLANDIA

Berlibur ke Islandia Mahal karena Pajak? Ternyata Ada Alasan Lain

Redaksi DDTCNews
Sabtu, 20 November 2021 | 06.30 WIB
Berlibur ke Islandia Mahal karena Pajak? Ternyata Ada Alasan Lain

The Northern lights in Ísafjörður. (sumber:https://www.visiticeland.com/article/northern-lights-in-iceland/)

REYKJAVIK, DDTCNews - Berencana berlibur ke Islandia? Anda perlu menyiapkan biaya lebih banyak. Ongkos berwisata di negara tempat pertemuan 2 lempeng tektonik tersebut memang terbilang mahal, bahkan dengan standar turis yang menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS).

Iceland Magazine mengungkapkan biaya liburan di Islandia jauh lebih mahal dari kebanyakan negara Eropa lainnya. Bahkan turis butuh lebih banyak uang dibandingkan berwisata di negara yang sudah terkenal dengan biaya akomodasi tinggi seperti Swiss, Norwegia, dan Denmark.

"Harga konsumen di Islandia rata-rata 66% lebih tinggi daripada Eropa," tulis laporan Iceland Magazine dikutip pada Sabtu (20/11/2021).

Laporan tersebut menyatakan beberapa faktor menjadi penyebab utama biaya berwisata di Islandia sangat tinggi. Faktor tersebut antara lain impor bahan makanan, tarif pajak, dan standar biaya hidup yang tinggi.

Sebagian besar bahan makanan yang masuk ke Islandia berasal dari luar negeri. Pemerintah mengenakan tarif bea masuk yang relatif tinggi untuk bahan makanan seperti gandum, bir, dan sembako.

Kemudian beban pajak di Islandia juga termasuk tinggi. Tarif PPN ditetapkan sebesar 24%. Tarif khusus PPN sebesar 11% hanya berlaku pada bahan makanan.

"Meskipun pajak merupakan kontributor, tetapi bukan pajak sebagai penyebab biaya tinggi di Islandia," tulis laporan tersebut.

Faktor utama besarnya biaya berwisata di Islandia adalah standar hidup yang tinggi warganya. Tingkat pendapatan rata-rata penduduk sekitar US$60.000 per tahun. Sebagai pembanding, pendapatan rata-rata warga AS sekitar US$48.150 per tahun.

Hal tersebut berimplikasi pada tingkat upah bulanan yang juga tinggi. Pekerja di Islandia dibayar sekitar US$15 per jam. Sehingga, upah minimum yang berlaku bergerak pada kisaran US$2.500 per bulan atau setara Rp35,5 juta per bulan.

"Jadi karyawan memperoleh lebih banyak dan pelanggan umumnya membayar lebih untuk sebuah barang," jelas Iceland Magazine. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.