JAKARTA, DDTCNews – Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menaikkan pajak impor diperkirakan dapat memiliki dampak yang cukup besar bagi perdagangan global. Sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia akan terkena dampak dari kemungkinan berkurangnya nilai ekspor kepada negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut.
Riset Deutsche Bank AG menghitung bahwa jumlah perdagangan negara-negara pengekspor ke AS akan berkurang bila ternyata Trump memberlakukan pajak 20% di perbatasan. Meksiko adalah negara yang dipastikan akan menderita kerugian terbesar. Selain itu, Kanada dan sejumlah negara Asia juga dapat terkena dampaknya.
"Dalam pandangan kami, dampak kerusakannya sangat besar," ujar ekonom Deutsche Bank AG Robin Winkler dan George Saravelos dalam catatan kaki riset tersebut yang dirilis pada Rabu (1/2).
Negara-negara Asia yang paling terdampak adalah Vietnam, Malaysia, Singapura dan Thailand. Sementara itu, Indonesia juga dapat terkena imbasnya meski tidak sebesar negara tetangga. Hal ini dikarenakan jumlah ekspor Indonesia ke AS tidak terlalu besar porsinya bila dibandingkan dengan produk domestik bruto (GDP).
Grafik Potensi Dampak Pajak Perbatasan AS terhadap Perdagangan Negara-Negara Lain
Sumber: Riset Deutsche Bank AG, Bloomberg.
Pajak perbatasan sejatinya akan dikenakan kepada barang impor, yang bertujuan memperkecil defisit perdagangan dan membuat produsen domestik menjadi lebih bersaing. Namun, dampak hal ini terhadap perdagangan suatu negara dengan AS juga ditentukan oleh permintaan dari produknya di AS sendiri, sesuai dengan hukum elastisitas. Semakin tinggi elastisitas, semakin tinggi dampak yang dirasakan negara eksportir itu.
Seperti dilansir dari Bloomberg, kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh Trump tersebut diawali dengan pembatalan AS untuk mengikuti pakta Trans Pacific Partnership (TPP). Dengan pakta yang sudah disetujui oleh Barack Obama sebelum digantikan Trump, diharapkan arus perdagangan global akan menjadi lebih mudah dan ekonomi dunia pun terdorong. Perjanjian ini juga sedang dipersiapkan oleh sejumlah negara termasuk Jepang, Korea Selatan, Australia dan Indonesia.
Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki harapan untuk mendorong ekonominya dengan perjanjian perdagangan lainnya, yakni Regional Comprehensive Economic Partnership. Perjanjian ini diinisiasi oleh negara-negara Asia Tenggara dan China termasuk di dalamnya, tetapi tidak ada AS.
Berkaitan dengan pasar modal, seperti dikutip dari Bareksa, Indonesia sudah mengalami tekanan yang besar semenjak Trump terpilih tiga bulan lalu. Investor asing mencatat jual bersih (net sell) sebesar Rp17,2 triliun hingga akhir Januari sejak 2 November 2016. Indeks harga saham gabungan (IHSG) pun tercatat turun 1,45% selama periode itu. (Amu)