Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (tangkapan Youtube Kemenkeu)
JAKARTA, DDTCNews – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 menjadi kisaran minus 2,2% hingga minus 1,7%. Sekitar 2 bulan lalu, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 diproyeksi minus 1,7% hingga 0,6%.
Sri Mulyani mengatakan koreksi tersebut mempertimbangkan masih meningkatnya kasus Covid-19 dan belum pulihkan perekonomian nasional hingga saat ini. Menurutnya, tren serupa juga terjadi di negara lain, termasuk di regional Asia Tenggara.
"Kami di Kementerian Keuangan melakukan revisi proyeksi di minus 1,7% sampai minus 2,2%," katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (21/12/2020).
Sri Mulyani mengatakan pandemi Covid-19 telah menyebabkan ketidakpastian global hingga saat ini. Beberapa lembaga dunia pun turut mengoreksi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020.
World Bank telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 menjadi minus 2,2%, dari sebelumnya pada kisaran minus 2% hingga minus 1,6%. Asian Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan menjadi minus 2,2% dari sebelumnya minus 1%.
Sementara itu, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) lebih pesimistis dengan memproyeksikan pertumbuhan masih terkontraksi 2,4%.
Menurut Sri Mulyani, koreksi ke bawah itu terutama karena konsumsi rumah tangga ternyata belum sepenuhnya pulih hingga akhir tahun. Sepanjang 2020, dia memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan minus 2,7% hingga minus 2,4%.
Otoritas memprediksi kontraksi pada konsumsi rumah tangga akan makin mengecil atau bahkan tumbuh positif, yakni pada minus 0,3% hingga positif 0,3%. Alasannya, pemerintah telah menggelontorkan banyak dana sebagai bantalan ekonomi walaupun tetap ada beberapa belanja yang terhambat akibat pandemi.
Mengenai investasi, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhannya akan berkisar minus 4,5% hingga minus 4,4%. Dia menilai sudah investasi sudah dalam tren perbaikan. Hal ini tercermin dari data indikator penjualan kendaraan niaga dan impor barang modal.
Aktivitas ekspor diproyeksi akan tumbuh minus 6,2% hingga minus 5,7%. Sri Mulyani menilai ekspor mulai pulih karena didorong kenaikan permintaan berbagai komoditas utama.
Impor diestimasi masih akan terkontraksi antara minus 15% hingga minus 14,3%. Walaupun terlihat masih mengalami kontraksi dalam, menurutnya, aktivitas impor pada kuartal IV sudah membaik dibandingkan dengan performa kuartal-kuartal sebelumnya.
"Keseluruhan agregat demand kita sudah menunjukkan pembalikan atau arah menuju pemulihan yang konsisten dibandingkan dengan kuartal II," ujarnya.
Pada kuartal IV/2020 saja, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar minus 2,9% hingga minus 0,9%, lebih baik dibandingkan dengan kuartal II/2020 yang minus 5,3% dan III/2020 minus 3,49%.
Seementara pada tahun depan, dia optimistis ekonomi akan pulih dengan pertumbuhan positif 5%. Hal ini dikarenakan upaya penanganan pandemi makin terlihat dengan dimulainya vaksinasi Covid-19. (kaw)