KONSEP DASAR PPN (BAGIAN III)

Tidak Ada PPN Tanpa Konsumsi

Redaksi DDTCNews | Senin, 23 Maret 2020 | 08:11 WIB
Tidak Ada PPN Tanpa Konsumsi

EDISI Ketiga ini mengupas PPN sebagai Pajak Konsumsi setelah sebelumnya dalam Edisi Kedua membahas tentang Ingat, PPN adalah Pajak Tidak Langsung. Berikut ulasannya.

PPN merupakan pajak atas konsumsi, yaitu pajak yang dikenakan atas seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh konsumen akhir (Frans Vanistendael, 1999).

Menurut pendapat Pato dan Marques (2014), pada prinsipnya PPN adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa yang dibebankan kepada konsumen akhir, yang dikenakan (dipungut) pada setiap mata rantai produksi dan distribusi.

Baca Juga:
World Book Day, Ini 3 Ketentuan Fasilitas Perpajakan untuk Buku

Dengan demikian, secara konseptual, konsekuensi dari penerapan PPN sebagai pajak atas konsumsi barang dan jasa adalah PPN tidak dapat dikenakan apabila tidak terjadi kegiatan konsumsi. Tidak ada PPN tanpa adanya konsumsi akan dijelaskan dengan menggunakan Ilustrasi Kasus sebagai berikut (Pato dan Marques, 2014).

  1. Petani A menjual apel kepada Distributor B sebesar Rp100 (harga bersih). Dengan PPN sebesar Rp10, total harga jual apel tersebut adalah sebesar Rp110. Dalam kasus ini, diasumsikan atas penyerahan apel terutang PPN;
  2. Distributor B kemudian menggunakan jasa PT C untuk melakukan pengepakan apel yang telah dibelinya dengan biaya pengepakan sebesar Rp10 (harga bersih). Dengan PPN sebesar Rp1, biaya jasa pengepakan tersebut adalah sebesar Rp11;
  3. Setelah proses pengepakan selesai, selanjutnya Distributor B menjual apel tersebut ke Pasar Swalayan D dengan harga Rp130 (harga bersih). Dengan PPN sebesar Rp13, total harga jual apel tersebut adalah sebesar Rp143;
  4. Normalnya, atas apel yang dibeli tersebut kemudian akan dijual oleh Pasar Swalayan D kepada konsumen akhir. Namun, dalam kasus ini diasumsikan, penjualan apel dari Pasar Swalayan D ke konsumen akhir tidak pernah terjadi. Hal ini dikarenakan, misalnya, gudang Pasar Swalayan D tempat penyimpanan apel yang dibelinya dari Distributor B mengalami kebakaran. Oleh karena itu, Pasar Swalayan D tidak pernah memungut pajak keluaran atas penjualan apel tersebut karena tidak pernah ada penjualan yang terjadi.

Pertanyaan atas Ilustrasi Kasus di atas adalah apakah Pasar Swalayan D adalah memang pihak yang dikenakan PPN atau tidak? Jika tidak, tentu Pasar Swalayan D dapat mengkreditkan pajak masukannya yang sebesar Rp13.

Pato dan Marques (2014) berpendapat bahwa Pasar Swalayan D tetap dapat mengkreditkan pajak masukan atas perolehan apel sebesar Rp13. Menurut Pato dan Marques, alasan di balik pendapatnya adalah dikarenakan tidak pernah ada barang yang dikonsumsi (dalam kasus ini adalah apel) oleh Pasar Swalayan D maka sudah seharusnya Pasar Swalayan D tidak dikenakan (dipungut) PPN.

Baca Juga:
Sengketa Koreksi DPP PPN atas Jasa Keagenan Kapal

Pendapat Pato dan Marques (2014) dalam Ilustrasi Kasus di atas, memperlihatkan bahwa, secara konseptual, hak mengkreditkan pajak masukan tidak selalu dikaitkan dengan adanya pajak keluaran.

Lebih lanjut, konsep PPN sebagai pajak atas konsumsi barang dan jasa juga mengandung makna bahwa PPN dikenakan atas transaksi penyerahan, baik penyerahan barang maupun jasa sebagaimana dinyatakan oleh (Thuronyi, 2003).

Oleh karena itu, suatu transaksi biasanya dinyatakan berada dalam cakupan PPN (scope of VAT) apabila transaksi tersebut adalah transaksi penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak (Thuronyi, 1996).

Selanjutnya, nantikan tulisan Edisi Keempat dari Konsep Dasar PPN dalam edisi Kelas Pajak berikutnya.

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB HARI BUKU SEDUNIA

World Book Day, Ini 3 Ketentuan Fasilitas Perpajakan untuk Buku

Senin, 22 April 2024 | 18:21 WIB RESUME PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Sengketa Koreksi DPP PPN atas Jasa Keagenan Kapal

Senin, 22 April 2024 | 09:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Langganan Platform Streaming Film, Kena PPN atau Pajak Hiburan?

BERITA PILIHAN
Selasa, 23 April 2024 | 17:30 WIB TIPS PAJAK

Cara Buat Kode Billing atas Pemotongan PPh Final UMKM

Selasa, 23 April 2024 | 17:15 WIB REFORMASI PAJAK

Jelang Implementasi Coretax, DJP Bakal Uji Coba dengan Beberapa WP

Selasa, 23 April 2024 | 17:00 WIB PROVINSI JAWA TENGAH

Tak Ada Lagi Pemutihan Denda, WP Diminta Patuh Bayar Pajak Kendaraan

Selasa, 23 April 2024 | 16:55 WIB PERATURAN PERPAJAKAN

Aturan Penyelesaian BKC yang Dirampas, Dikuasai, dan Jadi Milik Negara

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB HARI BUKU SEDUNIA

World Book Day, Ini 3 Ketentuan Fasilitas Perpajakan untuk Buku

Selasa, 23 April 2024 | 15:30 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Apresiasi 57 WP Prominen, Kanwil Jakarta Khusus Gelar Tax Gathering

Selasa, 23 April 2024 | 15:00 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Barang Bawaan dari Luar Negeri yang Perlu Diperiksa via Jalur Merah

Selasa, 23 April 2024 | 14:49 WIB PAJAK PENGHASILAN

Ingat, PTKP Disesuaikan Keadaan Sebenarnya Tiap Awal Tahun Pajak