INDIA

Tesla Ditolak Dapat Insentif Pajak karena Ogah Bangun Pabrik Domestik

Syadesa Anida Herdona | Jumat, 11 Februari 2022 | 12:30 WIB
Tesla Ditolak Dapat Insentif Pajak karena Ogah Bangun Pabrik Domestik

Ilustrasi mobil listrik.

NEW DELHI, DDTCNews – Pemerintah India mempertanyakan sikap pabrikan mobil listrik Tesla yang meminta pemberian insentif pajak. Tesla memang mendesak diberikan insentif pajak setelah menjadikan India sebagai target pasarnya.

Menteri Negara untuk Industri Besar Krishna Pal Gujjar mengungkapkan Tesla sudah secara tegas menyatakan tidak berniat membangun fasilitas manufakturnya di India. Dengan demikian, ujar Gujjar, pemerintah India tidak ada alasan untuk memberikan insentif pajak bagi perusahaan milik Elon Musk itu.

"Kami tidak dapat memberikan subsidi atau relaksasi pajak kepada perusahaan tersebut karena mereka tidak ingin mendirikan manufaktur dan operasi lainnya di sini. Mengapa kita harus mendukung perusahaan yang menciptakan lapangan kerja di China dan mencetak keuntungan dari pasar kita?” ujar Gujjar, dikutip Jumat (11/2/2022).

Baca Juga:
Antisipasi Overtourism, Negara Ini Diminta Terapkan Pajak Turis

Menurut penuturan Gujjar, sejauh ini Tesla tak menunjukkan ketertarikannya pada berbagai kebijakan kendaraan listrik yang ditawarkan pemerintah. Salah satu kebijakan yang dimaksud adalah Faster Adoption and Manufacturing of (Hybrid &) Electric Vehicles di India (FAME India).

Kebijakan ini diperkenalkan pada 2015. Tujuannya untuk mendukung penggunaan kendaraan hybrid dan listrik di India. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada BBM.

“Perusahaan [Tesla] belum mengikuti kebijakan apapun dari kami. Ini semakin memperkuat [argumen] bahwa Tesla hanya ingin mengeksploitasi pasar kami untuk mendapat keuntungan. Di lain sisi, mereka enggan untuk mendirikan unit manufakturnya di sini,” tambah Gujjar.

Baca Juga:
Digitalisasi Sistem Pajak, Filipina Minta Dukungan World Bank dan ADB

Gujjar menyampaikan jika selama ini Tesla membuat kendaraan listriknya di China. Alhasil ada ribuan pekerjaan yang tercipta di sana. Sayangnya, pekerjaan tersebut tak satupun dirasakan oleh masyarakat India.

Dilansir The Rahnuma Daily, saat ini fase kedua dari kebijakan FAME India tengah berlangsung. Adapun kebijakan ini diimplementasikan selama 5 tahun sejak diberlakukannya dari 12 April 2019. Total anggaran yang menyokong kebijakan ini senilai Rs10.000 crore.

Tak hanya itu, saat ini tarif pajak atas barang dan jasa (goods and services tax/GST) juga telah dikurangi. Sebelumnya tarif yang dikenakan sebesar 12%, kini menjadi 5%. Tarif GST untuk pengisian kendaraan listrik juga dikurangkan dari 18% menjadi 5%. (sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 23 April 2024 | 17:00 WIB PROVINSI JAWA TENGAH

Tak Ada Lagi Pemutihan Denda, WP Diminta Patuh Bayar Pajak Kendaraan

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB HARI BUKU SEDUNIA

World Book Day, Ini 3 Ketentuan Fasilitas Perpajakan untuk Buku

BERITA PILIHAN
Rabu, 24 April 2024 | 11:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Syarat Daftar Kerja Pakai NPWP 15 Digit atau 16 Digit? Begini Kata DJP

Rabu, 24 April 2024 | 11:00 WIB INFOGRAFIS CUKAI

Ketentuan Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan di Bidang Cukai

Rabu, 24 April 2024 | 09:30 WIB KEANGGOTAAN OECD

Ingin Jadi Anggota OECD, Jokowi Bentuk Timnas

Rabu, 24 April 2024 | 09:03 WIB KURS PAJAK 24 APRIL 2024 - 30 APRIL 2024

Kurs Pajak Terbaru: Rupiah Melemah Terhadap Mayoritas Negara Mitra

Rabu, 24 April 2024 | 08:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Sedang Uji Coba, Ini Manfaat Modul Vehicle Declaration dalam CEISA 4.0

Rabu, 24 April 2024 | 08:00 WIB BERITA PAJAK HARI INI

DJP Bakal Tunjuk Wajib Pajak, Uji Coba Kesiapan Coretax System