EFEK VIRUS CORONA

Sri Mulyani: Ekonomi Mungkin Terkontraksi, tapi Tidak Berarti Krisis

Dian Kurniati
Selasa, 24 Maret 2020 | 19.39 WIB
Sri Mulyani: Ekonomi Mungkin Terkontraksi, tapi Tidak Berarti Krisis

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. 

JAKARTA, DDTCNews – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan Indonesia saat ini tidak mengalami krisis ekonomi meskipun terjadi krisis kesehatan dan krisis kemanusiaan akibat wabah virus Corona.

Sri Mulyani mengakui virus Corona menimbulkan kontraksi pada perekonomian hampir seluruh negara di dunia. Namun dia juga meyakinkan bahwa semua negara, termasuk Indonesia, akan mengusahakan agar krisis kesehatan itu tak sampai menimbulkan krisis ekonomi.

"Yang sedang kita upayakan jangan sampai krisis kesehatan mempengaruhi sangat dalam pada krisis ekonomi, sosial, dan keuangan. Ekonomi mungkin kontraksi, tapi tidak berarti krisis," katanya dalam konferensi video, Selasa (24/3/2020).

Sri Mulyani memprediksi virus Corona tidak akan menimbulkan krisis ekonomi seperti pada 2008-2009, saat banyak perbankan dan lembaga keuangan lainnya mengalami kebangkutan. Namun, dia memastikan pemerintah tetap akan mengupayakan agar krisis itu tidak terulang.

Sri Mulyani menambahkan negara-negara anggota G20 juga terus berkoordinasi mengatasi tekanan ekonomi akibat virus Corona. Koordinasi itu salah satunya melalui pertemuan virtual yang menghubungkan semua menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara anggota, Senin lalu.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutnya sebagai pertemuan luar biasa untuk mengkoordinasikan upaya menumbuhkan kepercayaan global di tengah virus Corona. "Sifatnya koordinatif sehingga bisa kembalikan confidence secara global," katanya.

Negara-negara anggota G20 saat ini sudah mengeluarkan berbagai stimulus untuk menangkal dampak virus Corona terhadap perekonomian. Jerman misalnya, negara ini telah mengeluarkan tambahan pengeluaran sebesar US$132 miliar dan menyediakan US$812 miliar sebagai tambahan jaminan sosial masyarakat.

Sementara itu, Prancis mengeluarkan stimulus senilai US$45 miliar. Adapun AS berencana mengeluarkan paket kebijakan senilai US$1 triliun, dan Uni Eropa mengeluarkan stimulus senilai US$100,86 miliar.

Dalam pembukaan pertemuan tersebut, Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva juga sempat menyebut prospek pertumbuhan global untuk 2020 adalah negatif, dengan kondisi resesi yang hampir sama buruknya dengan krisis keuangan global.

Adapun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi global pada 2020 diproyeksi 3%. Namun, dia tetap mengharapkan pemulihan perekonomian pada 2021 dengan memprioritaskan penguatan sistem kesehatan di berbagai belahan dunia. (kaw)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.